Tibalah Kami Dipengujung Hari

0
2124
Puisi Alfiyah - Santri KHAS Kempek
Salah satu khotimin Alfiyah Ibnu Malik sedang membacakan puisi dihadapan hadirin semua (Foto: KHASMedia)

Oleh: Alfiyah Al-Ikhtishos

Hari yang membuat mata kami berkaca kaca.

Hari yang membuat kami merasa begitu bahagia.

Maka tak lain kata yang pantas kami sampaikan selain beribu kata maaf dan terimakasih.

Meski kami tahu kata maaf kami tak mampu mengobati perih.

Meski kami tahu terimakasih kami tak sanggup membayarkan jerih.

Namun dihari yang sangat berbahagia ini tak ada lagi harapan yg ingin kita raih.

Selain mendapat ridho dan maaf dari para masyayikh

 

Terimakasih kami sampaikan kepada seluruh Masyayikh PonPes Khas kempek, khususnya kami sampaikan kepada Kiai Ghufroni Mashuda,

Beliau kiai yang tak henti-henti memotivasi kami.

sampai tak jarang tingkah laku kami membuat beliau tersakiti.

Itu semua tak lepas dari kebodohan dan kenakalan kami.

Dan itu semua karena kami sangat acuh tak acuh untuk sekedar mengingat merenung jasa-jasa beliau.

Kami sangat berterima kasih kiai…

 

Terima kasih kami sampaikan kepada KH Muhammad BJ.

Kiai yg terus memegang teguh pesan ayahandanya.

untuk menjadi pelaku, jangan jadi penonton.

Beliau yang telah mengajarkan kami kewaspadaan dan keberanian dalam menjumpai hiruk pikuknya kehidupan.

Kami sangat butuh pribadi sepertimu kiai.

untuk meniti keberhasilan kami dalam belajar.

Terimakasih kiai..

 

Terima kasih kami sampaikan kepada KH Ahmad Zaeni Dahlan

Kiai yang mengajarkan kami tentang berbahasa dengan benar.

Dengan simpul garis senyumnya yang kami artikan sebagai penyabar atas kelancangan kami.

Diamnya yang selama ini kami fahami sebagai tabiat beliau,

ternyata semua anggapan kami keliru.

Betapa semua itu adalah tanda perhatian dari beliau untuk kami.

Terima kasih kiai..

 

Dan beribu-ribu terimakasih kami sampaikan kepada KH Nia’millah Aqiel Siroj.

Beliau adalah kiai yang sangat membantu kami mengurai bait demi bait nadzom Alfiyah.

Beliau yang tanpa pernah bosan untuk menasihati kami, meski kadang kami tak mau mengerti.

Rasa syukur kami mengaji kepada beliau tak pernah henti.

Namun sebab kemalasan kami,

Kami berat kaki hanya sekedar melangkah menjemput bait-bait indah dari bibir beliau yang terurai rapih.

Maafkan kami yg selama ini bermanja-manja dengan kemalasan kami kiai…

Semua petuah-petuah mu akan selalu kami simpan dalam memori ingatan kami.

Maafkan kami yg nakal ini kiai…

 

Terimakasih kami sampaikan kepada Bapa KH Muhammad Musthofa Aqiel Siroj.

Beliau adalah kiai yang mengajarkan kami kebijaksanaan dan kedisiplinan.

Beliau ditengah kesibukan yang melandanya, ditengah keletihan yang kerap kali menerpanya, namun beliau tetap semangat mengajari kami ilmuilmu Al-Qur’an.

Dan beliau yang setiap hari menahan letih hanya sekedar memberi asupan ilmu-ilmu Al-Quran.

Kami semua tahu pa.

Semua itu engkau korbankan dengan curahan kasih sayang.

Karena kami semua tahu dan kami semua menyadari.

Bahwa menjadi alim adalah harapan terbesarmu teruntuk kami.

 

Terima kasih Pa’..

 

Tentu beliau-beliau yang tak hentinya memanjatkan doa untuk kami sebagai santri-santrinya

Maafkan kami kiai, tanpa ridho dan maafmu ilmu yang kami pelajari tak bernilai sama sekali.

Maafkan lisan kami yang tak bertuan

Maafkan sikap kami yang tak berkelakuan

Maafkan fikir kami yang tak tertentukan

Jiwamu begitu lapang, tak sebutir debu pun kesalahan kami yang pantas untuk engkau maafkan

Izinkan kami terus menata sandal di teras masjid untukmu kiai.

 

Terimakasih juga kami sampaikan kepada dua pribadi yang senantiasa melabuhkan dukungan juga kasih sayang seutuhnya pada kami.

Iya, beliau Ibu dan Bapak kami…

 

Terimakasih ibu..

 

Untuk segala tetesan air mata yang mengalir disetiap do’a-do’a mu,

Untuk segala kekhawatiran mu dalam setiap langkah-langka ku, terimakasih ibu.

Ibu yang menahan sakit 9 bulan lamanya hanya demi melahirkan anak yang tidak bakti kepadanya,

Ibu yang rajin bertanya keadaan kami,

Ibu yang rajin bertanya ketersedian uang saku kami.

Hanya demi anak yang tidak memenuhi harapan ibunya. Maafkan anak-anak mu ini bu, hatimu yang tergores itu karna kenakalan kami.

Maafkan kami yg tak patuh ini ibu..

 

Terimakasih bapa..

 

Bapa yang rela lelah menggeluti profesinya demi memenuhi biaya hingga kebutuhan kami.

Bapa yang tak sadar tulangnya rapuh demi untuk mewujudkan keinginan kami yang tak kunjung penuh.

Tak mengerti kami harus seperti apalagi pa, basah air mata kami tak membalas keluh kesah perjuanganmu.

Terimakasih pak, maafkan segala ketidakpatuhan kami.

KHASMedia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here