Tausiyah Kiai Musthofa Aqiel dalam Acara Halal Bi Halal Virtual UIN Walisongo

0
698

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, KH. Muhammad Musthofa Aqiel Siroj menyampaikan tausiyah dalam acara Halal Bi Halal dan Silaturahmi Virtual yang digelar oleh UIN Walisongo Semarang, Selasa (2/6/2020).

Dalam acara yang bertemakan “Bangun Sinergi, Kinerja Tercapai,” beliau menjelaskan bahwa puasa Ramadhan kali ini merupakan ibadah puasa dengan diselimuti perasaan penuh harapan dan kecemasan.

Ada beberapa hal yang perlu dikaji, kata Kiai Musthofa, yang pertama adalah perintah puasa dalam firman Allah Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 berbunyi:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Dalam ayat ini, kita diberikan pelajaran bahwa jika semua hal diterima dengan iman maka turutilah segala perintah Allah agar kita menjadi manusia yang bertakwa.

Kemudian beliau bercerita, suatu ketika Sahabat Umar melakukan thawaf bersama Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah mencium hajar aswad. Ketika Sahabat Umar melihat itu, beliau tidak langsung mengikuti namun mengkritisi, “Kenapa Rasulullah mencium hajar aswad? kedudukannya seperti apa?,” tanya Sahabat Umar dalam hati.

Lantas Sahabat Umar memahami hajar aswad itu sebagai batu yang tidak bermanfaat dan tidak berbahaya tidak bisa memberi umur panjang dan lain-lain. Ini artinya Sahabat Umar menerima perintah Rasulullah tidak dengan iman melainkan dengan aqal.

Kemudian datanglah shoutul iman (suara yang tak nampak) dan berbisik kepada Umar, “Apakah engkau iman kepada Allah?” Sahabat Umar menjawab, “Iya, aku iman kepada Allah”, lantas suara itu kembali bertanya, “Bagaimana cara beriman kepada Allah? Suara itu menjelaskan:


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Jika engkau beriman kepada Allah hendaklah ikuti apa yang Rasulullah SAW lakukan dengan cara mencium hajar aswad. Lalu Sahabat Umar sebelum mencium hajar aswad berkata:

والله يا حجر اني لأعلم انك حجر لا تنفع ولا تضر ولولا اني رأيت رسول الله يقبلك ما قبلتك

“Demi Allah, aku tahu engkau adalah batu tidak bermanfaat dan tidak berbahaya, kalau saja aku tidak melihat Rasulullah menciummu, tidak mungkin aku menciummu. Tetapi karena aku melihat langsung Rasulullah menciummu dan cara beriman itu dengan mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah.” Maka Sahabat Umar pun mencium hajar aswad.

Setelah itu, Kiai Musthofa melanjutkan penjelasan ayat perintah puasa yang sudah disebutkan tadi, bahwa dalam ayat كما كتب على الذين من قبلكم itu mengajarkan pentingnya kita semua mempelajari sejarah zaman dahulu agar kita tabah. Selanjutnya lafadz لعلكم تتقون ini menunjukkan bahwa kita di perintahkan untuk menjadi orang yang bertakwa.

Contohlah Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan seseorang yang paling cerdas, alim, dan tinggi ilmunya. Namun apa yang dikatakan oleh sang Nabi? Beliau meminta agar Allah menurunkan ilmu kepadanya karena beliau merasa dirinya adalah seseorang yang masih kekurangan ilmu.

Mengapa Nabi Muhammad meminta hal tersebut kepada Allah? Karena Nabi Muhammad menerangkan bahwa Al-Qur’an sangat perlu di beri penjelasan yang lebih jelas dan rinci lagi. Untuk itu Allah memuliakan Nabi Muhammad bukan karena kecerdasan maupun ilmunya. Namun karena akhlaknya.

Setelah berpuasa kita bersilaturahim untuk membangun sinergi, menatap masa depan dan bekerja. Apa yang harus kita kerjakan, dan apa yang harus kita bangun? Konsepnya sudah ada di Walisongo dan diharapkan UIN Walisongo mampu mencetak generasi-generasi yang lebih unggul.

Di penghujung mau’idhoh hasanahnya, KH. Muh. Musthofa Aqiel Siroj berpesan bahwa tidak ada satu organisasi yang baik kecuali mempunyai program kesejahteraan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan solidaritas kebangsaan. (KHASMedia)

Sumber: UIN Walisongo
Penulis: Nur Kholis, santri asrama Al-Ghadier dan Mahasiswa STIKes Khas Kempek
Editor: Tim Khas Media

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here