KHASKEMPEK.COM – Beliau biasa disebut dengan sebutan Gus Kamil. Pribadi yang kebaikannya bukan hanya dalam pikiran dan lisan saja. Akan tetapi juga beliau praktekkan dengan segenap jiwa dan raga, sehingga bisa menjadi contoh dan uswah yang baik.
Banyak sekali kebaikan dan tauladan yang beliau wariskan. Baik yang diketahui oleh banyak orang, maupun hanya orang tertentu saja. Masing-masing orang punya kenangan sendiri dengan beliau.
Satu hal yang menjadikan beliau mendapat anugerah menyusul untuk bertemu dengan Ayahanda lebih cepat adalah beliau selalu berusaha mendahulukan perintah, keputusan dan keinginan Ayahanda daripada kecondongan pribadi.
“Sakjane aku ngene, Ananging Abah Ngono, Yo wes aku melu Abah”.
(Kalau saya berpendapat begini, tetapi Ayah berpendapat begitu, Ya udah saya ikut keputusan Ayah).
Beliau lenyapkan seluruh ilmu dan kecondongan batin beliau di hadapan keluasan ilmu dan kejernihan hati sang Ayahanda. Beliau benar-benar mencintai Ayahanda sebagai guru dan orang tua.
Bukan karena tidak menerima takdir, tapi kerinduan akan kebersamaan dengan Ayahanda berulang kali membuat hati beliau meronta. Setahun adalah waktu yang sangat lama bagi seorang perindu.
Sakit dan kematian hanyalah salah satu cara menuju alam pertemuan. Berat maupun ringannya sakit bukan menjadi masalah, asalkan ujungnya adalah perjamuan agung bersama para kekasih.
Pada saat-saat terakhir, beliau sering dawuh kepada istri beliau: “Malam Senin saya minta diwasilahi bersama Abah”. Maksudnya beliau ingin didoakan bersama Ayahanda beliau Syaikhona Maimoen Zubair. Dan benar saja, Malam Senin beliau wafat.
Kiai Majid Kamil, sampai akhir hayat, tetap pada sikap dan pribadi yang sama, yaitu taat dan patuh kepada kedua orang tua.
رحم الله شيخنا العلامة الشيخ الكريم ماجد كامل ميمون زبير رحمة واسعة. آمين يا رب العالمين
*Tulisan ini diambil dari Grup WhatsApp Khas Kempek yang dibagikan oleh Kiai Muhammad Bin Ja’far dan diposting ulang di situs resmi khaskempek.com.
