Sejarah Singkat Pesantren Kempek Menurut Kiai Ni’amillah Aqiel Siroj

0
3041

KHASKEMPEK.COM – Dalam sambutan acara Ziarah bersama PC. RMI Kab. Cirebon di maqbaroh masyayikh Kempek, Rabu 21 Oktober 2020, KH. Ni’amillah Aqiel Siroj bercerita tentang sejarah singkat Pondok Pesantren Kempek. Berikut ini cerita beliau yang ditulis ulang oleh tim Khas Media:

Kempek itu, para hadirin, merupakan desa yang terpencil dulunya, terbelakang banget. Gempol sudah punya listrik, Pegagan sudah pakai PLN, Kempek masih peteng rubet. Listrik itu masuk sekitar tahun 1983, kalau gak salah.

Berdirilah sebuah pondok pesantren yang didirikan oleh al-Maghfurlah wal Marhum KH. Harun Abdul Jalil. Beliau bin Kiai Abdul Jalil. Kiai Abdul Jalil makamnya ada di Kedongdong, Kecamatan Susukan. Bapak, kalau melewati dari Prapatan itu terus saja ke utara, nanti ada Budur, Wiyong, ada SD belok kiri terus ke sana. Jadi masuknya dari Wiyong tetapi wilayahnya Kedongdong.

Jadi Kiai Harun lahir di Kedongdong dengan orang tuanya yaitu Kiai Abdul Jalil dan Ibu Kameni. Kiai Abdul Jalil aslinya dari Pekalongan. Jadi dzurriyah Kempek ini berdarah Pekalongan.

Kiai Abdul Jalil punya putra banyak, laki-laki di antaranya adalah Kiai Kamali, yang nantinya menurunkan Kiai Idris Kamali dan Kiai Ali Kamali, yang Kiai Kamali itu menurunkan Kiai Muntakhobul Fuad, mantan Ketua NU Kab. Cirebon. Nah, Kiai Kamali punya adik yaitu Kiai Harun.

Kiai Harun mondok di Sukunsari, Plered. Sepulang dari pondok, beliau dalam keadaan tidak punya bapak. Ketika sampai di Gempol, menurut hikayat, beliau mencium bau wangi yaitu datangnya dari arah utara Kempek ini.

Akhirnya, didatangilah Kempek ini, uluk salam. Kemudian dijawab salamnya oleh Kempek. Padahal ketika itu, Kempek masih banyak mistik, yang namanya sabung ayam, perjudian dan minum-minuman sudah biasa.

Kemudian Kiai Harun menetap di sini. Karena Kiai Harun itu mulang, ngajar dan lain sebagainya, akhirnya ada seorang pengusaha dari Kanggraksan, namanya Haji Ali yang mewakafkan tanah di Pondok Kempek induk.

Selanjutnya, Kiai Harun memerintahkan untuk membangun asrama-asrama, kalau santri itu dari Jatibarang, maka asramanya Jatibarang. Kalau santri itu datang dari Trisi, maka asramanya Trisi.

Pada awalnya, Kiai Harun itu, ya sebagaimana pondok pesantren salaf, mengajarkan ilmu-ilmu agama. Dulu Kempek itu dikenal dengan ilmu alatnya, yaitu nahwu dan shorof.

Berdiri pada tahun 1908, berarti sudah satu abad lebih dua belas tahun. Jadi lebih muda dibanding dengan Babakan yang sudah tiga abad, Buntet juga sejak zamannya Mbah Muqoyim, sama sudah tua dengan Gedongan. Mungkin Kempek yang paling muda dibanding Babakan, Buntet, Benda dan Gedongan.

Dalam perjalanannya, Kiai Harun biasa mulang, dari mulai nahwu shorof dan sebagainya. Kiai Harun wafat diteruskan oleh putranya, namanya Kiai Yusuf (putra laki-laki pertama). Kiai Yusuf tidak lama, kemudian diteruskan oleh Kiai Umar Sholih.

Kiai Umar Sholih mondok di Krapyak, Yogyakarta. Beliau di sana menimba Al-Qur’an kepada KH. Munawwir Abdur Rosyad. Maka sepulang dari Krapyak, beliau yang membumingkan Al-Qur’an di Kempek ini, sehingga ada istilah Qur’an ala Kempekan.

Jadi awal ramainya ngaji Al-Qur’an di Kempek adalah atas jasa Kiai Umar itu. Sebelumnya yaitu hanya nahwu, shorof, tasawuf, akhlak, sudah itu saja. Makanya Al-Qur’annya ada khas tersendiri.

Beliau menimba dari Krapyak, Yogyakarta seguru dengan Kiai Arwani Kudus, Kiai Umar Solo dan Kiai Murtadlo Buntet Pesantren. Pada saat itu, santri yang tadinya cuma ratusan akhirnya, setelah ada Kiai Umar santrinya mencapai ribuan.

Di eranya Kiai Umar, berarti setelah wafatnya Kiai Yusuf, itu dibantu oleh para menantunya Kiai Harun, yaitu ada Kiai Nashir Abu Bakar, berasal dari Suradadi, Tegal. Kemudian ada Kiai Aqiel dari Gedongan.

Jadi beliau bertiga sama-sama mulang. Kiai Umar di samping Al-Qur’an juga mengajar nahwu, shorof, tasawuf dan akidah. Setiap Minggu ada ngaji Mingguan, untuk orang tua laki-laki. Kemudian Jum’at juga ada ngaji Jum’atan untuk orang tua perempuan.

Kalau Kiai Nashir Abu Bakar itu biasanya mengajar kitab bagian menengah ke atas, kitab Bukhori, Muslim, Ihya, Fathul Wahab dan sebagainya. Sedangkan Kiai Aqiel melengkapi nahwu, yaitu dari mulai Awamil, Jurumiyah, Amrithi sampai Alfiyah.

Pada era itu yaitu masih ada Kiai Umar dan Kiai Nashir, lalu Kiai Aqiel mengembangkan majlis di depan rumahnya yang ditempati oleh Kiai Ahsin, dengan nama Majlis Tarbiyatul Mubtadi’ien (MTM).

Beliau melengkapi kurikulum yang ada, dari mulai nahwu, shorof dan fiqih. Biasanya Kiai Aqiel lebih menekankan nahwunya sampai dengan Alfiyah.

Waktu itu pada tahun 1960, yang sebelumnya beliau tinggal di rumah mertuanya, kemudian pindah sambil membuka majlis kecil-kecilan yang diikuti oleh santri sekitar tujuh orang.

Nah, sekarang di Kempek itu, kita adalah generasi ketiga, cucu. Jadi pertama pendiri, Kiai Harun. Kemudian Kiai Umar yang dibantu oleh ipar-iparnya yaitu Kiai Aqiel dan Kiai Nashir. Kemudian kami sekarang adalah generasi yang ketiga.

Jadi pada saat Kiai Harun mendirikan pesantren Kempek ini, di Babakan itu sudah generasi ketiga kira-kira, di Buntet juga barangkali sudah generasi yang kedua. Pokoknya, kira-kira se era dengan Kiai Abas Buntet.

Nah, kalau Kiai Abas itu adalah orang kepercayaan pendiri NU, Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, sehingga menunggu Kiai Abas ketika menentukan perang (resolusi jihad). Kalau di Kempek di sini ada menantu KH. Hasyim Asy’ari yaitu Kiai Idris Kamali, kakak dari Kiai Ali Kamali.

Kiai Idris itu lahir di Makkah, kemudian mondok di Tebuireng sampai menjadi menantunya. Di antara muridnya Kiai Idris adalah Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin dan mantan Menteri Agama Kiai Tolhah Hasan.

Sekian lama Kiai Idris Kamali menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng, kemudian mukim lagi di Makkah dan pulang ke Kempek sekitar tahun 1982. Beliau wafat sekitar tahun 1984 dan dikubur di sini.

Mohon maaf, Kiai Aqiel itu sebenarnya bukan aktifis. Awit pagi sampai sore mulang pakai kapur, nyuled damar dewek, dari mulai kitab tashrifan fa’ala yaf’ulu sampai Alfiyah. Cuma Kiai Aqiel itu mempunyai kepiawaian berbicara di podium, saat itu istilahnya NU Rapat Akbar di Tegal Gubug dan di mana-mana.

Jadi ketika NU menjadi partai sekitar tahun 1955, Kiai Aqiel diminta menjadi jurkam. Alhamdulillah, daerah-daerah yang dulunya basis PNI itu berubah jadi NU, di Tegal, Brebes, Indramayu dan daerah lain. Karena sering diajak oleh Kiai Ali Kamali ngaji Mingguan di Panongan, Kepuh, Warugede dan Balad, sehingga saat musim partai atau Pemilu, Kiai Aqiel ditunjuk menjadi jurkam.

Demikian sekilas sejarah singkat mengenai Pondok Pesantren Kempek Cirebon yang dituturkan oleh Kiai Ni’amillah Aqiel Siroj. Semoga bermanfaat. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here