Pesan Syekh Muhyiddin: Ada Korelasi Antara Ilmu dengan Khosyyah

0
934

KHASKEMPEK.COM – Syekh Muhyiddin seorang muhaddits dan sufi ushuli dari Syiria menjelaskan dengan merujuk ayat yang sebelumnya telah disebutkan oleh koleganya QS. Al-Faathir: 28;

Artinya: “Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.”

Beliau memahami bahwa ada korelasi antara ilmu dengan khosyyah, jadi ilmu harus berbanding lurus dengan rasa takut. Sehingga dapat dikatakan hanya orang berilmulah (ulama) yang dapat mencapai puncak khosyyah (takut) kepada Allah.

Jadi menuntut ilmu harus karena Allah SWT agar kelak akan timbul rasa takut kepada Allah. Bukan sebaliknya, jangan coba-coba mencari pengetahuan selain karena-Nya.

Puncak pencarian ilmu adalah karena ada sifat khosyyah yang tertanam dalam hati orang-orang yang berilmu (ulama). Lihat ulama-ulama terdahulu; dengan sabar dan telaten mengayuh dayungnya untuk meraih luasnya samudera pengetahuan yang diinginkannya dengan tujuan akhir khosyyatillah.

Kita diperintahkan untuk menghadirkan rasa takut kepada Allah, sehingga ketika kita sudah mengetahui halal dan haram tetapi tidak menimbulkan rasa takut, maka hal itu tidak memberikan faidah sama sekali.

Seandainya sifat khosyyah bisa menjadi teman pendamping dalam hidup sehari-hari, maka kita akan sukses. Tetapi sebaliknya, apabila menuntut ilmu tetapi rasa takut tidak pernah muncul dalam sanubarinya, maka “bodoh” akan lebih baik bagi kita, demikian beliau menegaskan, na’udzubillah.

Kemudian Syekh melanjutkan mengenai tahapan sebuah ilmu bisa diraih, beliau mengawali dengan menyebutkan bahwa ma’rifah adalah kunci untuk mengetahui segala sesuatu.

QS. Adz-Dzaariyaat: 56

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja).”

Beliau mengatakan Ibnu Abbas menafsiri ayat tersebut bahwa ibadah yang dimaksud di sini adalah dengan melalui ma’rifat, dan awal ma’rifat adalah ilmu, serta awal ilmu adalah mengetahui haqiqotuttauhid.

Sehingga barang siapa yang ingin bertauhid yakni meng-Esa-kan Allah, maka harus ma’rifat terlebih dahulu. Jadi bisa dikatakan bahwa semakin bertambah pengetahuan dengan ma’rifatullah (mengenal Allah), maka akan semakin sempurna ibadahnya.

Berkaitan dengan ini, Syekh Muhyiddin berharap kepada para santri agar tetap menempah dan menempuh ilmu disini (Pesantren Khas Kempek). Beliau mengilustrasikan bahwa seandainya kita belajar sendiri akan menghabiskan waktu sampai 50 tahun lebih, maka di sini cukup hanya ditempuh 2 tahun karena kehadiran guru-guru mulia (kiai-kiai pesantren) yang akan membimbingnya.

Kemudian beliau menyebutkan hadits Imam Bukhori:

ﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻷَﺧِﺮَﺓَ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَﻫُﻤَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ

Artinya: Barang siapa ingin memperoleh kebahagiaan hidup di dunia harus dengan ilmu dan barang siapa ingin memperoleh kebahagiaan akhirat harus dengan ilmu dan barang siapa ingin memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat harus dengan ilmu.

Menyebutkan hadits ini, seakan beliau setuju bahwa ilmu apapun, baik ilmu agama atau ilmu umum, selama semuanya menuntun untuk menuju khosyyah kepada Allah, maka ilmu itu adalah manfaat, karena keberagamaan inheren dengan ilmu, disinilah titiknya.

Orang yang mentahbiskan untuk menuntut ilmu setiap hari, maka akan mengetahui amal baik dan tidak baik. Kita akan bisa beramal shaleh dengan keshalehan, maka kita akan mengenal Allah Tuhan kita.

Kalau sudah mengetahui dan mengenal Allah, maka kita akan takut serta mendapatkan posisi di hadapan-Nya dan menggapai keridhoan-Nya, semoga …aamien.

Tulisan ini adalah sambungan sebelumnya, pertama disampaikan oleh Syekh DR. Ammar dan kedua oleh Syekh Muhyiddin.

Ini adalah sekelumit pemahaman penulis, mungkin akan ada banyak kesalahan kesimpulan, semata karena kurangnya nalar dan minimnya kemampuan intelektual penulis sendiri, mohon maaf, semoga bermanfaat.

Cirebon, 21.06.2020
Nurkholik Tawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here