Penetapan Ramadan dan Menghidupkan Malam Hari Raya

0
286

KHASKEMPEK.COM – Malam ini, malam terakhir bulan penuh kemuliaan, alhamdulillah saged nderek tabarrukan Doa Khataman Dauroh Khotmil Qur’an di Ma’had Misykat An-Nurain, SMK Khas Kempek Kab. Cirebon.

Begitu sampai di lokasi, Pengasuh KH. M. Musthofa Aqiel sedang bersama alumni senior, Kang Endi. Saya menghentikan mesin motor dan beliau melihat serta langsung memanggil “mene Lik !!!”, Kulo jawab “Nggih…”

Dalam lenggahan singkat ini ada beberapa pembicaraan yang bisa difahami oleh penulis, pertama Kulo taken, mpun wonten pengumuman, berarti ngapunten mbenjing taksih puasa nggih ?

Dihadapan beberapa tamu muhibbin, Kiai Musthofa ngendiko :

Dadi mengkenen ya ! Ana wong Badui ngadep Kanjeng Nabi Saw, Dia berkata : Wahai Nabi ! Saya benar-benar telah melihat hilal, kemudian Nabi dawuh benarkah? Saestu Nabi…Lalu Nabi menyuruh orang tersebut untuk bersyahadat “asyhadu anlaa ilaaha illallah waannaka rusulullah.”

Kemudian Rasulullah menyetujui dan memerintahkan kepada para sahabat untuk melaksanakan puasa, hanya karena disebabkan oleh satu orang Badui telah melihat hilal.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk melaksanakan ibadah puasa cukup disaksikan oleh satu orang, tetapi untuk meninggalkannya harus dua orang, artinya hilal harus disaksikan minimal oleh dua orang untuk meninggalkan atau berakhirnya ibadah puasa yaitu 1 Syawwal.

Lalu beliau melanjutkan mengenai makna riwayat ini, mengandung pemahaman bahwa pengumuman awal Ramadan bukan karena ada orang Badui yang melihat hilal, tetapi karena Nabi Saw telah memerintahkannya, sehingga para sahabat harus taat melakukan puasa. Artinya jika Rasulullah tidak memerintahkannya, maka shahabatpun tidak harus melakukannya meski sudah ada orang yang melihat hilal.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa di zaman sekarang ini yang berhak menetapkan adalah hakim, dan hakim itu sendiri adalah pemerintah. Maka awal dan akhir bulan Ramadan, kita taat menunggu pemberitahuan resmi dari pemerintah.

Dalam kesempatan lesehan sejenak bersama Ketua Umum MDHW ini juga, beliau berpesan bahwa “kita kudu ngurip-ngurip bengi raya” (beliau sering ngendika tentang ini), ada riwayat bahwa :

مَنْ أَحْيا لَيْلَتي العِيدِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ القُلُوبُ

“Barangsiapa menghidupkan malam hari raya (‘ied), hatinya tidak akan pernah mati pada hari kematian hati.”

(Banyak riwayat mengenai hadits ini, dan ada yang mengatakan lemah).

Lalu bagaimana caranya?

Cara menghidupkan malam ‘Ied adalah shalat Maghrib, wirid dengan shalat sunnahnya, kemudian Isya, wirid dan shalat sunnahnya ditambah witir serta disambung dengan shalat Shubuh.

Lalu berdoa : “Ya Allah, semoga saya diberi umur panjang sampai bertemu kembali di bulan Ramadan tahun depan!”

Doa ini akan memberikan status kepada orang tersebut bahwa selama setahun kedepan, hari-harinya dihukumi sedang menjalankan ibadah, demikian pungkasnya.

Itulah sekelumit makna terindah bersama Ketua Yayasan Khas Kempek kali ini, moga banyak ilmu dan hikmah yang bisa kita jadikan pelajaran.

Wallahu A’lam.
NKT.11.05.21/30R.1442

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here