Peduli dalam Harmoni

0
194

KHASKEMPEK.COM – Mungkin ungkapan yang tidak berlebihan ketika kami yang merupakan bagian terkecil dari nama besar Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon untuk mengucapkan syukur alhamdulillah.

Mengapa ?

Baru dua hari yang lalu seluruh keluarga besar Pesantren Khas Kempek telah mendapatkan vaksinasi lebih awal dari yang dijadwal sebelumnya. Dan perlu diketahui untuk vaksin para santri akan diagendakan kemudian.

Kini tepatnya hari Sabtu kemarin, 20 Maret 2021, sebuah komunitas non muslim ; Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Persatuan Umat Buddha Indonesia dan PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), datang ke Pesantren Khas Kempek untuk membantu memberikan donasi berupa 40 ton beras dan ribuan masker medis.

Bantuan itu langsung didistribusikan kepada warga Desa Kempek terutama fakir miskin serta imam tajug dan guru ngaji, bersama relawan santri dan wong desa membagikan paket 10kg beras dan 20 buah masker sekali pakai kepada mereka.

Selebihnya dibagikan kepada Ustadz-Ustadzah, Guru, Pengurus dan 4.400 santri melalui dapur makannya masing-masing, karena santri tidak memasak sendiri.

Nah dua hal itulah yang membuat kami harus berucap “Alhamdulillah Tsumma Alhamdulillah”.

Keharmonisanlah yang menyebabkan Kepedulian.

Bantuan dari pihak lain semacam ini bukan sekedar merasakan dampak langsung secara fisik pada kami ; vaksin menjaga kesehatan agar terbebas dari covid-19 dan beras membebaskan kami dari rasa lapar.

Namun lebih jauh bahwa makna peduli ditengah masyarakat yang sedang dilanda musibah ini seiring dengan ajaran ahlisunnah waljama’ah ala NU ; tawasuth, tawazun, tasamuh dan moderasi Islam yang mengedepankan nilai saling menghormati meski beda profesi dan mengutamakan kebersamaan meski lintas iman.

Ulama dan umara, muslim dan non muslim saling bersinergi dalam mencari solusi untuk meringankan beban terutama mereka yang terdampak C-19 ini.

Dalam sambutannya, Pengasuh Pesantren Khas Kempek sekaligus mewakili Ketua Umum PBNU menyatakan bahwa “Inilah yang Islam harapkan, saling membantu, bersatupadu dan saling mengingatkan, bukan saling bermusuhan.”

Allah mengutus Nabi Muhammad SAW disertai Rahmat, dengan Rahmat inilah memandang segala sesuatu bukan dari perbedaannya, muslim maupun non muslim, NU atau bukan Nahdliyyin.

Pertama ; Kita harus bersyukur karena kita menjadi manusia, bukan binatang.
Allah dalam AlQur’an menyebutkan :

“Wa laqad karramnā banī ādama…” Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam…” (QS.Al-Isro:70)

Memuliakan manusia dengan akalnya. Dengan akal manusia bisa mengatasi segal hal. Sehingga sebodoh-bodoh manusia, tidak mau disamakan dengan sepintar binatang apapun.

Kedua ; Bersyukur lagi, kita menjadi bangsa Indonesia, bangsa yang unik, enak dan adem tentrem meski terdiri dari ribuan suku dan berbagai agama.

Ketiga ; beliau mengatakan bahwa ada satu syukur lagi, yakni bersyukur kita menjadi warga NU.

Kenapa ?

Karena apabila menengok sejarah pendiriannya, Syaikhona Mbah Hasyim Asy’ari menyuruh KH. Ridwan Abdullah untuk membuat lambang NU. Dengan istikharah melalui shalat dan dzikir di Masjid Sunan Ampel Surabaya, Kiai Ridwan kemudian melihat kelangit selalu terlihat gambar jagat, dan berulang kali seperti itu.

Kemudian matur ke Mbah Hasyim, maka digambarlah jagat raya itu menjadi lambang NU seperti sekarang ini. Ini menunjukkan bahwa NU mengayomi seluruh jagat raya ini, demikian sebagian isi penjelasan KH. M. Musthofa Aqiel Siroj.

Jadi ketiga syukur inilah yang akan mengilhami keharmonisan kita dengan sesama.

Kemudian Ketua Yayasan Budhha Tzu Chi, Bapak Hong Tjhin mengatakan “Dalam ajaran Buddha disebutkan bahwa kamilah yang harus berterimakasih kepada penerima bantuan, karena kami diberi kesempatan untuk bisa berbuat baik dalam membantu kepada sesama.”

“Kalau melihat bantuan beras mungkin hanya dalam beberapa saat akan habis digunakan, tetapi lebih jauh ada makna yang tersisa didalamnya, ada silarrahmi, kemudian silatul amal dan berakhir dengan silaturruh,” lanjut dia dan sangat fasih mengucapkan istilah itu karena dia mengaku lama belajar tentang ini.

Tzu Chi sendiri artinya membantu dengan tulus, berasal dari bahasa Taiwan, dimana pusat yayasan dunia ini berada.

Walhasil, kepedulian bisa terbangun karena adanya keharmonisan antar elemen bangsa tanpa memandang jabatan, suku dan agama.

Bantuan ini adalah berkat kerjasama PBNU, acara simbolis yang semula akan dihadiri oleh Prof. DR. KH. Said Aqiel Siroj ini ditutup dengan doa oleh adik bungsunya KH. Niamillah Aqiel Siroj. Turut hadir Kapolresta Cirebon dan sejumlah pejabat Kecamatan Gempol.

Moga ada manfaatnya.
NKT.21.03.2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here