MTM Al-Qodiem, Awal Keberkahan dan Penuh Kenangan (Bagian 2 Habis)

1
1608

Penulis sendiri mungkin cukup lama tinggal di pondok ini, paling tidak sampai tahun 2007, sekedar “andon turu” dari kamar sampai munjuk kantor di Al-Qodiem, jadi terlalu ambyaar apabila diilustrasikan.

Dan mestinya masih banyak alumni yang mempunyai kesan unik yang tak terlupakan saat-saat mondok di tempat yang penuh berkah ini. Tetapi keterbatasan waktu dan kesempatan serta rasa ewuh pakewuh sehingga tidak mungkin semuanya bisa tertuang dalam tulisan singkat ini.

Sepertinya ini bukan sekedar “The most beautiful memories” atau “Sweetest memory” yang apabila diresapi semua menunjukkan proses dinamisasi sesuai zamannya.

Dari sini, kita kembali ke bagian pertama tulisan ini, bahwa MTM terbagi menjadi tiga wilayah besar, namun peta ini menjadi berubah ketika Putra tertua KH. Aqiel Siroj yakni Buya Ja’far Aqiel Siroj pada tahun 2014 telah tutup usia, satu tahun kemudian disusul KH. Ahsin Aqiel Siroj, “semoga beliau-beliau mendapatkan derajat tertinggi di Akhirat, aamien.”

Perubahan itu pun sampai pada kepengasuhan, regenerasi pun berjalan secara alamiah, kini diasuh oleh KH. M. Musthofa Aqiel Siroj bersama Prof. DR. KH. Said Aqiel Siroj dan KH. Ni’amillah Aqiel Siroj. Nama pun telah disepakati diubah, MTM “Majlis Tarbiyatul Mubtadi-ien” menjadi nama baru Pondok Pesantren Khas Kempek, sesuai dengan nama yayasan yang menaunginya.

Semasa Kiai Aqiel masih hidup sering berjalan kaki menuju ke sawah garapannya dan melewati kebon pekarangan (yang sekarang menjadi Al-Ghadier) dan beliau dawuh: “Ning kene bakale pondok..! “berulang lagi “Ning kene bakale pondok..!”, demikian Kiai Musthofa menirukan, dan ada saksinya: “ana saksine Endy (alumni Kiai Suhendi dari Bangodua) lan Manan (alumni KH. Abd. Manan Abd. Ghoni, Ketua PBNU).”

Berkat dawuh orang tua, kini Al-Ghadier berkembang menjadi wilayah pondok baru termasuk di dalamnya Asrama Putri Az-Zahra. Dan menyikapi tingginya animo masyarakat yang ingin mesantrenkan anaknya tinggal di asrama putri tersebut, asrama putra Al-Ikhwan sebagai bagian dari MTM Al-Qodiem sekarang menjadi asrama putri Az-Zahra.

Wabah Covid-19 telah menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam kebijakan dan tindakan aksi, dan sepertinya hal ini diperkirakan akan berlangsung cukup lama.

Pemerintah memberikan pedoman dan petunjuk “Kurikulum Darurat” terutama untuk pendidikan formal. Dan terakhir telah menerbitkan SKB untuk pendidikan berasrama pesantren.

Bagi Khas, ini adalah momentum untuk merubah kurikulum, maka dibentuklah tim yang dikomandoi KH. Ahmad Zaeni Dahlan. Terbitlah Surat Keputusan Ketua Yayasan Khas Nomor 176/Y-KHAS/VI/2020 Tanggal 11 Juni 2020 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Modifikasi Masa Pandemi Covid-19 Yayasan KHAS Kempek.

Tujuannya adalah sebagai berikut:

  1. Menyikapi anjuran untuk membiasakan hidup sehat dengan tidak membebani para santri beban belajar yang dapat membuat stress,
  2. Menyediakan waktu yang cukup kepada para santri untuk tetap sehat dan tetap produktif,
  3. Meniadakan atau meminimalisir mobilisasi santri yang selama ini banyak menimbulkan ekses negatif pada sebagian santri.

Disamping juga dapat mengurangi kemungkinan santri berhubungan dengan orang lain yang menjadi sebab tertular virus, na’udzubillah.

Dan dalam jangka panjang, hal ini dilakukan sebagai langkah awal untuk menjadikan kurikulum KHAS Kempek lebih baik, lebih fokus dan lebih terintegrasi.

Nah, dalam upaya untuk mengefektifkan berjalannya keputusan tersebut, demi keamanan, keselamatan, dan kemaslahatan bersama maka sebagai konsekwensi logis; Asrama Az-Zahra, Asrama Al-Qodiem – Asrama As-Syifa dan Asrama Al-Nashir Al-Manshur dijadikan sebagai satu kawasan Pesantren Putri, demikian yang disampaikan Pengasuh KH. Musthofa Aqiel dan disepakati seluruh Dzurriyyah dalam forum Rapat Keluarga, pada tanggal 28 Juni 2020 di Aula Al-Qodiem peninggalan Sang Muassis.

Dan kesepakatan ini telah disosialisasikan oleh Masyayikh kepada para santri pada acara tahlil bersama di tempat yang penuh barokah itu pada Rabu sore, 01.07.2020.

Inilah yang bisa disajikan, diperlukan sikap kehati-hatian dengan tetap pada koridor ta’dziman dalam memahami semua proses yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh pesantren yang penuh berkah dan kenangan pelajaran yang patut kita syukuri bersama ini.

Sebab paling tidak menurut penulis, kenangan itu sendiri ada keterkaitan dengan proses mengingat. “Mengingat berkaitan dengan masa lampau,” dan ini menuntut introspeksi dan kesadaran menyangkut semua hal yang telah terjadi, sehingga mengantarkan manusia untuk melakukan perbaikan dan peningkatan.

Sedangkan bersyukur, dalam definisi agama, adalah “menggunakan segala potensi yang dianugerahkan Allah sesuai dengan tujuan penganugerahannya,” dan ini menuntut upaya dan kerja keras.

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (QS. Al-Furqan : 62)

Dan pesantren Khas Kempek agaknya terus bermetamorfosis, tak lelah berkhidmat kepada ilmu dan masyarakat agar tetap menjadi lembaga tafaqquh fid-dien yang selalu “yadzzakkaro dan syukuron.”

Wallahu a’lam bisshowab.
Cirebon, 07.07.2020
Nurkholik Tawan

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here