Mengenang Mbah Moen yang Lahir di Hari Sumpah Pemuda dan Wafat di Makkah

0
1130

KHASKEMPEK.COM – Almaghfurlah Kiai Haji Maimoen Zubair atau Mbah Moen yang merupakan ayahanda Ibu Nyai Hj. Shobihah sekaligus ayah mertua Kiai Musthofa Aqiel adalah salah satu ulama Nusantara yang terkenal alim dan ahli fikih. Selain dikenal sebagai ulama, Mbah Moen juga adalah seorang politikus Indonesia.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, itu lahir di hari Sumpah Pemuda, tepatnya di Sarang, Rembang, 28 Oktober 1928. Kemudian sosok yang gigih dalam mengkampanyekan nasionalisme dan cinta tanah air ini, wafat saat menunaikan ibadah haji di Makkah pada Hari Selasa, 6 Agustus 2019 dan beliau disemayamkan di Ma’la.

Sepanjang hidupnya, Mbah Moen senantiasa menyebarkan Islam yang damai, sejuk, Islam yang rahmatan lil alamiin. Tutur katanya lembut, pembawaannya kalem, wejangan-wejangannya menyejukkan. Karena itu, sosok Mbah Moen tidak hanya dihargai oleh umat Islam, tetapi juga pemeluk agama lain.

Mbah Moen pernah berpesan bahwa dakwah selayaknya dilakukan secara damai, tak perlu keras dan galak. Menurut beliau, kondisi hari ini berbeda dengan zaman perang di era sebelum kemerdekaan. Untuk mengenang Mbah Moen, berikut ini nasihat-nasihat beliau yang dikutip dari berbagai sumber:

Ora kabeh wong pinter kuwi bener. (Tidak semua orang pintar itu benar)

Ora kabeh wong bener kuwi pinter. ( Tidak semua orang benar itu pintar)

Akeh wong pinter ning ora bener. (Banyak orang yang pintar tapi tidak benar)

Lan akeh wong bener senajan ora pinter. (Dan banyak orang benar meskipun tidak pintar)

Nanging tinimbang dadi wong pinter ning ora bener, Luwih becik dadi wong bener senajan ora pinter. (Daripada jadi orang pintar tapi tidak benar, lebih baik jadi orang benar meskipun tidak pintar)

Ono sing luwih prayoga yoiku dadi wong pinter sing tansah tumindak bener. (Ada yang lebih bijak, yaitu jadi orang pintar yang senantiasa berbuat benar)

Minterno wong bener kuwi luwih gampang tinimbang mbenerake wong pinter.

(Memintarkan orang yang benar .. itu lebih mudah daripada membenarkan orang yang pintar)

Mbenerake wong pinter kuwi mbutuhke beninge ati, lan jembare dhodho. (Membenarkan / membuat benar orang yang pintar itu membutuhkan beningnya hati, dan lapangnya dada)

Demikian, semoga bermanfaat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here