Mengenang Kang Ahsin, Kiai Tawadlu dan Pengayom Santri

0
1106

KHASKEMPEK.COM – Waktu pertama kali mesantren di Kempek, tiap kali usai sholat, saya selalu menunggu Kang Ahsin keluar dari mushola, guna mencium tangan beliau. Padahal saat itu para santri yang berbaris menunggu cuma tiap usai sholat shubuh.

Setelah beberapa minggu berlalu, saat itu usai sholat Maghrib, saya menunggu kiai kharismatik ini di pintu luar mushola. Tiba tiba, saya disamper sama khodamnya, “Kang, menawi mushofahah ba’da Shubuh mawon, kasihan kiainya takut kecapean,” tegur kang Husni dengan lembut, “Oh, nggih,” jawabku dengan penuh penyesalan.

Saat malamnya, saya bermimpi bertemu dengan KH Ahsin Syifa Aqiel sedang lewat, saya langsung nyamper beliau untuk mencium tangan mulianya, namun beliau menolak sambil berkata, “penghormatan itu bukan hanya dengan mushofahah, yang penting hatinya madep sama guru. Lain kali kalau mushofahah pas habis sholat shubuh aja,” sambil senyum.

Setelah kejadian mimpi itu, tiap usai sholat shubuh, saya rutin berbaris (sampai beberapa bulan) bersama para santri menunggu giliran mushofahah dengan beliau. Yang saya amati dari kiai Ahsin, jika mushofahah beliau tidak berkenan memasrahkan tangannya untuk dicium santri (karena tawadlu) kecuali tiap usai sholat shubuh.

Pernah juga suatu hari, sebut saja Badru, sedang dirundung gelisah ingin segera boyong. Pertama karena Badru dihantui masalah sekolah yang sudah memasuki kelas 12. Kedua, Badru punya banyak masalah dengan madrasah (kegiatan ngaji kitab) dan di sisi lain ekonomi keluarganya sedang berantakan.

Saat itu, Badru baru berangkat ngaji lagi setelah beberapa hari tidak hadir, jantungnya dag dig dug tidak karuan karena khawatir disuruh membaca kitab. Ketakutan Badru memuncak, ketika namanya disebut pertanda perintah membaca. Karena kitabnya kosong, Badru menjadi super bingung, ia berusaha untuk tetap berani membacanya.

Namun baru beberapa kalimat Badru membaca, tiba-tiba gurunya menegur, “Kamu kemana sudah beberapa pertemuan tidak hadir pelajaran saya?” ungkap ustad dengan nada marah, Badru berusaha membela diri, namun bagaimana pun juga ia tetap salah dan akhirnya sang ustad pun menegurnya dan tentunya Badru dihukum berdiri sampai pelajaran pertama selesai.

Semangat Badru saat itu bertambah lemah, ia semakin ingin segera boyong karena merasa tidak ada yang peduli dengannya.

Jam pertama pun selesai, Badru dan kawan-kawannya bergegas masuk ke aula putra guna mengaji kitab Fathul Qorib yang diajar KH Ahsin Syifa Aqiel Siroj pada jam ke dua. Lagi lagi jantung Badru berdetak kencang penuh ketakutan karena khawatir disuruh membaca lagi (lebih lebih ia dapat tempat paling depan), tapi nasib tetaplah nasib , nama Badru di sebut paling awal untuk membaca kitab fathul qorib di depan kyai yang sangat kharismatik ini ,

Untung saja Badru sudah ada persiapan, ia berusaha membaca meski terbata-bata sambil dituntun oleh sang kiai yang penuh wibawa. Setelah ia berhasil selesai membaca, Badru tiba-tiba merasa sangat aneh, karena sorot mata Kiai Ahsin dari awal masuk aula terus menerus memandangnya.

Di akhir menit sebelum bubar, Kiai Ahsin menasihati, “Lamon karo guru iku atie kudu madep, kudu nerima tegurane guru, aja glendeng, karena tujuane bagus, aja karena disewoti guru terus pengen boyong,” tutur Kiai Ahsin kepada semua santri yang mengaji, namun sorot mata sang kiai hanya tertuju pada Badru.

Usai ngaji, Badru bergegas pulang ke asrama, pikirannya dipenuhi rasa takjub tak terhingga. “Aneh, kok Kiai Ahsin bisa tahu ya isi hati saya,” kata Badru pada temannya .

Mulai saat itulah, Badru mengakui kesalahannya, dan hatinya mantep untuk terus melanjutkan (tidak jadi boyong) sampai selesai Alfiyah, “Saya bersaksi bahwa Kiai Ahsin itu waliyullah,” tutur Badru pada temannya yang juga merasa aneh atas kekasyafan sang kyai.

Beberapa bulan kemudian, Kiai Ahsin meninggal dunia. Para santri diselimuti duka yang tak akan terbayar sepanjang usia. Untuk guru mulia, kiai yang tawadlu dan pengayom para santri. Alfatihah…

Ditulis oleh Muhammad Marzuqi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here