Mengenal Lebih Dekat Kiai Mushonif Kitab Al-Ajurumiyah

0
4866

KHASKEMPEK.COM – Kitab Al-Ajurumiyah adalah kitab nahwu yang wajib dikaji di setiap Pondok Pesantren, tanpa terkecuali Pondok Pesantren Khas Kempek, Cirebon. Di pesantren yang didirikan oleh Kiai Aqiel Siroj, yang mensyarahi kitab Al-Ajurumiyah dengan nama Zubdah An-naqiyyah ini, kitab Al-Ajuruniyah dipelajari di kelas Al-Ajurumiyah atau setingkat kelas 2 Wustho.

Lalu, siapakah kiai mushonif dari kitab Al-Ajurumiyah tersebut?

Dalam cover kitab Al-Ajurumiyah, tercatat nama lengkap beliau yaitu Abi Abdillah Muhammad Bin Muhammad Bin Daud Ash-Shonhaji. Nama nisbah beliau “Ash-Shonhaji” adalah nama sebuah kabilah di daerah Maghribi. Sedangkan nama Ibnu Ajurum diambil dari bahasa Barbar (suku asli orang Maroko) yang artinya adalah orang yang fakir dan ahli sufi.

Beliau dilahirkan di kota Fes, yang sekarang adalah salah satu kota yang terkenal di negara Maroko penghasil kerajinan dari kulit. Beliau lahir pada tahun 672 H. Ada juga yang mengatakan, beliau lahir pada tahun 682 H. Kemudian, beliau wafat di kota yang sama pada hari Senin, tanggal 10 Shafar 723 H.

Pada awalnya, Ibnu Ajurum menuntut ilmu di kota kelahirannya, Fes. Kemudian, beliau berangkat ke Makkah untuk beribadah haji dalam rangka menunaikan rukun Islam yang kelima. Di tengah perjalanan, tepatnya di kota Kairo, beliau belajar mengaji ilmu nahwu kepada Syekh Abu Hayyan, salah satu ulama nahwu dari Andalusia, pengarang kitab Al-Bahrul Muhith, sampai beliau lulus dan mendapat ijazah dari gurunya itu.

Sejarahnya beliau menulis buku Al-Ajurumiyah untuk anaknya supaya mengetahui dasar tata bahasa Arab yang benar dan tidak terjatuh dalam lahn, mengingat pada wakt itu banyak orang yang berbicara Arab dengan menyalahi kaidah (lahn) yang sekarang kita kenal dengan bahasa amiyah atau darija.

Buku ini ditulis waktu beliau berada di Makkah. Setelah menulisnya beliau mengadu kepada Allah “Allahumma jika buku yang saya tulis ini tidak ikhlas karena-Mu, maka biarlah tintanya luntur bersama air laut”.

Dan masya Allah tinta yang termaktub di atas lembaran-lembaran tersebut tidak luntur setelah dilemparkan ke laut. Inilah buah nyata dari keikhlasan. Hanya dengan beberapa lembar (matan) dasar-dasar ilmu nahwu beliau terkenal sedunia dan sepanjang masa. (KHASMedia)

*Tulisan ini dikutip dari dari berbagai sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here