Maulid Nabi, Kiai Musthofa Aqiel Ceritakan Kemuliaan Kanjeng Nabi

0
801

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Pengasuh Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon, KH. Muhammad Musthofa Aqiel Siroj menceritakan kemuliaan Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Hal ini beliau sampaikan pada Acara Peringatan Maulid Nabi di Halaman Ma’had Al-Ghadier, Rabu (28/10/2020) malam.

Dalam tausiyahnya, beliau mengatakan bahwa setiap tahun pada malam 12 Rab’iul Awwal, Kiai Aqiel Siroj mewajibkan untuk ta’dzim kepada Kanjeng Nabi, ta’dzim li maulidir Rasul, mengagungkan saat-saat kelahiran Kanjeng Nabi. Sebab Kanjeng Nabi dipilih oleh Allah dari setiap kelompok dan makhluk, pilihan Allah jatuh kepada Kanjeng Nabi.

Kanjeng Nabi dipersiapkan oleh Allah untuk menerima Al-Qur’an. Jadi Allah, Kanjeng Nabi dan Al-Qur’an itu sejalan. Dan yang paling mulia dari Kanjeng Nabi adalah ketika Allah dawuh kepada Kanjeng Nabi bahwa: “Ya Muhammad, apabila kamu menginginkan, niscaya aku menjadikan persoalan umatmu diserahkan kepada kamu”.

Kemudian, kata Kiai Musthofa Aqiel, Kanjeng Nabi menjawab: “La ya Rabbi, li anni rohimun wa anta arhamur rohimin. Tidak wahai Tuhanku, karena aku rohim sedangkan engkau arhamur rohimin,” jelas Bapa Muh.

Dari penjelasan tersebut, Kiai Musthofa menyimpulkan. Pertama, Kanjeng Nabi itu rohim. Laqod ja’akum rosuulum min anfusikum ‘aziizun ‘alaihi maa’anittum hariishun ‘alaikum bil mu’miniina ro’uufur rohiim. Kalau rohim itu Kanjeng Nabi, sedangkan Allah adalah arhamur rohimin.

Kedua, Kanjeng Nabi tidak mau menerima tawaran Allah. Ini artinya, Kanjeng Nabi lebih memilih maqam ta’abbud dan amal. Karena Kanjeng Nabi ingin beribadah dan beramal kepada Allah.

Lalu, sambung Bapa Muh, Kanjeng Nabi juga pernah diperintah Allah untuk memilih. “Wahai Muhammad, pilihlah, kamu mau jadi rasul atau raja. Lalu Kanjeng Nabi memilih ingin menjadi abdun atau hamba. Karena Kanjeng Nabi ingin beribadah.

“Oleh karena demikian, Kanjeng Nabi itu disebut abdun. “Subhanal ladzi asro bi ‘abdihi…,” jelas Ketua Yayasan Khas Kempek ini.

Kemudian beliau membacakan ayat Al-Qur’an:


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَالنَّجْمِ اِذَا هَوٰىۙ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوٰىۚ وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ عَلَّمَهٗ شَدِيْدُ الْقُوٰىۙ ذُوْ مِرَّةٍۗ فَاسْتَوٰىۙ وَهُوَ بِالْاُفُقِ الْاَعْلٰىۗ ثُمَّ دَنَا فَتَدَلّٰىۙ فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ اَوْ اَدْنٰىۚ فَاَوْحٰىٓ اِلٰى عَبْدِهٖ مَآ اَوْحٰىۗ

“Pada ayat tersebut Kanjeng Nabi disebut abdun. Artinya Kanjeng Nabi memilih menjadi hamba supaya tetap bisa bekerja dan beribadah. Sungguh luar biasa sekali Kanjeng Nabi,” tegas beliau.

Untuk itulah, umatnya Kanjeng Nabi diperintahkan untuk bekerja. Supaya pekerjaannya bagus itu ada aturan dan prosedurnya. Dan aturannya ada dalam Al-Qur’an. Supaya sesuai dengan Al-Qur’an maka diperintahkan untuk membaca Al-Qur’an. “Oleh karena itu, ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan adalah Iqro’. Bacalah,” jelas beliau. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here