Live Ngaji Kitab Kuning ala NU (Bagian 1)

0
620

KHASKEMPEK.COM – Bulan Ramadan tahun ini sedikit berbeda dari Ramadan sebelumnya, dimasa yang masih pandemic Covid -19 ini, muncul fenomena baru dalam system’ pengajian di Pesantren dan dibanyak tempat yang berlatar belakang NU.

Penulis melihat hal ini seiring dengan agak lesunya pengajian online non-NU yang intensitasnya semakin berkurang.

Ceramah agama di kubu tetangga, yang biasanya ramai diikuti oleh jutaan pemirsa, kini seakan kehilangan aura mistisnya dan tidak lagi gagah di dunia maya.

Ustadz dadakan di bulan suci yang selama ini menjadi semacam trend pencarian pengetahuan agama, bak seorang selebriti yang retorikanya membuat perasaan terkesima dibuatnya, kini nampak kehilangan taringnya.

Akhir-akhir ini terkadang kita geli melihat orang berbicara mengenai Ramadan diluar latarbelakang pendidikan dan kapasitas keilmuan bahkan profesinya.

Bahkan tak sedikit selebritis “yang istilah mereka baru hijrah”, sudah berani membuka kelas online meeting Ramadan dengan modal pengetahuan agama pas-pasan.

Livestreaming mereka bagai tontonan mendebarkan yang dinanti-nantikan, tahun ini sepertinya menelan “pil pahit” karena sepi peminat.

Bahkan kita bisa merasakan adanya realitas lain yang ganjil, yakni munculnya penceramah “pragmatis” yang hanya mengejar viral dan subscribers bahkan sering mengabaikan kualitas pembicaraan, saat ini menjadi ikut tumbang karena kehilangan undangan.

Menyusul terakhir beberapa waktu yang lalu kita disuguhkan berita bahwa ada penggagalan jadwal pengajian online di perusahaan plat merah BUMN.

Diluar situasi politik nasional yang memang bukan kapasitasnya untuk membahas, sepertinya keadaan telah membalikkan situasi kejenuhan manusia seiring masa pandemi yang tak berkesudahan ini.

Tidak bermaksud menyinggung siapapun, realitas fastabiqul khairat di Indonesia begitu hebat, kalau kita tidak ingin menyebut ghazwul fikri dengan identitasnya masing-masing.

Kini geliat pengajian ala NU dan pesantren dengan otoritas dan orisinalitas kiai dan gus yang disegani intelektualnya nampak bertebaran dan tak sepi peminatnya.

Kita sudah lama menyaksikan fenomena “Gus Baha” yang penjelasannya sangat rasional dan memudahkan orang awam dalam beragama.

Beliau konsisten menawarkan kajian dua arah (ruang bertanya-menjawab), metode kajian yang pragmatis mengenai hukum agama, membuat namanya cepat dikenal masyarakat daring.

Atau ada Gus Ulil dengan pengajian “Ihya Ulumuddin” online nya, yang bisa menyederhanakan sesuatu yang rumit dan mudah diterima oleh generasi milenial.

Dan masih banyak lagi para pendakwah yang menawarkan Islam moderat ala Nahdliyyien lainnya.

Beliau-beliau adalah contoh konkret ulama NU dengan tradisi pesantrennya yang kuat dan kekayaan khazanah yang melimpah, namun konten onlinenya digemari oleh berbagai kalangan.

Semoga ada manfaatnya.
NKT.22.04.2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here