Kiai Said Aqil Siroj, Sang Pendobrak Kebekuan

0
659

KHASKEMPEK.COM – Prof. Dr. Said Aqil Siroj adalah sosok santri par-excellent yang mampu menggabungkan dimensi salafiyah yang ada dalam kitab kuning dengan dimensi modernisasi yang ada dalam khazanah ilmu-ilmu modern.

Riwayat pendidikan dari pondok ayahnya di Kempek Cirebon, Lirboyo Kediri, dan Krapyak meneguhkan tesis di atas. Ulama-ulama besar, seperti KH Mahrus Ali yang menjadi Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur dan KH Ali Ma’shum selaku Rais Am PBNU sangat berpengaruh terhadap intelektualitas Kiai Said.

Penguasaannya yang mendalam terhadap diskursuf tasawuf yang dipopulerkan dengan nama “Tasawuf Sosial” dan sejarah Kebudayaan Islam, khususnya “sanad-mata rantai-genealogi Aswaja An Nahdliyyah mulai Nabi Muhammad sampai Hadlratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari” menasbihkan Kiai Said sebagai teolog dan pakar tasawuf NU.

Modal sosial dan intelektual Kiai Said di atas menjadi oase yang mampu mendobrak kebekuan cara berpikir warga NU. Salah satu ide orisinil Kiai Said dalam hal ini adalah menempatkan aswaja sebagai manhajul fikri (metodologi berpikir) yang bercirikan moderasi, toleransi, tegak lurus, seimbang, dan Amar Ma’ruf nahyi mungkar.

Warga NU awalnya kebakaran jenggot karena Aswaja selama ini dipahami hanya sebagai golongan Islam yang dalam akidah mengikuti Salah satu Imam Abu Hasan Asy’ari dan Abu Manshur Al Maturidi, dalam fiqh mengikuti salah satu madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafii, Hanbali), dan dalam tasawuf mengikuti Imam Junaidi Al Baghdadi dan Imam Ghazali.

Kiai Said berani menawarkan Aswaja sebagai Manhajul Fikri setelah melakukan kajian dan pelacakan intelektual yang mendalam terhadap sejarah era Nabi, sahabat, tabiin, imam madzhab, sampai sekarang.

Imam Abu Hasan Al Asy’ari yang mampu menggabungkan aliran jabariyah/mu’tazilah dan jabariyah dalam doktrin Al-kasbu, Imam Syafii yang mampu menggabungkan akal dan naqal dalam konsep qiyas, dan Imam Ghazali yang mampu menggabungkan aliran esoteris dan eksoteris dalam satu ramuan holistik, khususnya dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, adalah bukti nyata bahwa tokoh Aswaja An Nahdliyyah adalah tokoh moderat yang mampu menjembatani konflik ideologi dan paradigma pada zamannya.

Selamat harlah ke-66 Kiai, semoga panjang umur dan selalu mencerahkan umat dengan pemikiran dan perjuangannya, Amin.

Penulis: Jamal Makmur Asmani, Pati.

Sumber: Bangkit Media

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here