Kiai Musthofa Aqil Siroj Jelaskan 4 Metode Pendidikan Pesantren

0
449

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Pengasuh Ponpes Khas Kempek, KH M. Musthofa Aqil Siroj menjelaskan 4 metode pendidikan pesantren. Hal ini beliau sampaikan kepada dzurriyah, dewan asatidz dan santri dalam acara Tasyakkur Kelulusan Siswa MTs, SMP dan MA KHAS Kempek di Halaman Ma’had Misykat Al-Nurain, Khas Kempek, Kamis (6/8/2020).

Dalam kesempatan itu, beliau menyebutkan metode-metode pendidikan yang diterapkan di pesantren, diantaranya yang pertama adalah ta’lim. Allah Swt berfirman dalam Alquran:


هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,

Pada ayat tersebut, beliau menjelaskan bahwa kata يَتْلُو itu adalah metode pembacaan, yang menggunakan bentuk fiil mudlore’ yang berfaidah lit tajaddud. “Sekarang kita harus tahu bagaimana daring, rapat virtual dengan zoom, menguasai IT, komputer dan lain sebagainya,” jelasnya.

Metode yang kedua, kata Kiai Musthofa adalah tadris, yaitu aplikasi atau praktik. “Yang tidak banyak itu praktik. Coba kalau membuat contoh, ambil dari Al-Qur’an dan Hadits. Para ustadz jangan memberikan contoh ja’a zaidun saja,” tegas beliau.

“Jadi setelah ada ta’lim (pengembangan pengajaran, harus ada tadris, dirosah atau praktik. Seperti membuat contoh dari Al-Qur’an Hadits, praktik wudhu, memandikan mayit, khutbah, dan praktik haji,” tambah Kiai Musthofa.

Yang ketiga, sebut Bapa Muh adalah ta’dib, yaitu mempunyai karakter atau akhlakul karimah. “Ta’dib itu apa? Menciptakan karakter, watak yang baik atau akhlak,” jawab beliau. “Santri harus mempunyai akhlak yang baik,” pesan putra ketiga Almarhum Kiai Aqil Siroj ini.

Terakhir adalah tarbiyah. Sebagaimana yang diterapkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad Saw, tarbiyah itu menciptakan ma’iyah (kebersamaan). “Kiai-santri, murid-guru selalu bersama-sama,” tutur menantu Almarhum Mbah Maimoen Zubair.

“Jadi guru jangan hanya datang, ngajar terus pulang. Jangan! Tetapi tingkatkan pendekatan dengan murid. Bimbinglah mereka, tidak hanya dalam jam pelajaran saja,” pungkas beliau. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here