Kiai Musthofa Aqiel: Resolusi Jihad, Refleksi Perjuangan Kiai dan Santri

0
286

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Kempek, KH. Muh. Musthofa Aqiel terangkan sejarah Resolusi Jihad yang kini dikenang sebagai Hari Santri Nasional pada acara Doa Untuk Negeri, Senin (21/10) pukul 22:00 WIB.

Beliau menceritakan bahwa setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, kabar beredar bahwa Belanda menggandeng sekutu dengan dipimpin Inggris datang kembali ke Indonesia pada tanggal 25 Oktober 1945 dengan alasan ingin membenahi tahanan perang. Menanggapi hal tersebut, Jendral Sudirman menghadap ke Presiden Sukarno memohon agar beliau mengirim utusan khusus menuju Jawa Timur untuk meminta fatwa KH. Hasyim Asyari dalam menghadapi pasukan tersebut, apakah melawan atau menyerah. Lalu, KH. Hasyim Asyari mengumpulkan Kiyai se-Jawa Madura untuk menjawab problematika tersebut. Lalu, berkumpulah para Kiyai pada tanggal 21 Oktober 1945.

“Akhir, malam (tanggal 21 oktober 1945), para Kiyai Tawajjuh Ilallah, besoknya sepakat wajib melawan penjajah. Ini merupakan isyarah dari Allah berarti Allah menanggung kemenangannya,” tutur KH. Muhammad Musthofa Aqiel, “Maka keputusan ini ditulis, ditanda tangani oleh Mbah Hasyim, dan disebut dengan Resolusi Jihad. Disebarlah tulisan ini, dan semangat juang bela negara ada dimana-mana,” tambah beliau.

Setelah Resolusi Jihad, terjadilah perang pada tanggal 27, 28 dan 29 Oktober 1945. Dengan peratalan perang seadanya dan tanpa bayaran, pasukan Indonesia berhasil memenangkan perang tersebut mengalahkan ribuan prajurit Sekutu. Setelah kalah, pada tanggal 30 Oktober 1945, Sekutu meminta Presiden Soekarno untuk datang ke Surabaya, mengadakan genjatan senjata. Setelah berdamai, pada hari itu juga Jendral Mallaby dibunuh oleh salah seorang santri bernama Harun dengan menggunakan bom granat. Kejadian tersebut berhasil memancing amarah tentara Sekutu. Akhirnya, Sekutu mengeluarkan Ultimatum yang berisi perintah bagi rakyat Jawa untuk menyerah dan mengembalikan senjata rampasannya, ditunggu sampai tanggal 9 November 1945. Dan apabila melawan, maka Surabaya akan dibumi hanguskan.

“Bukannya takut, KH. Hasyim Asy’ari malah tambah semangat menyebarkan seruan jihad, lalu ribuan santri dari berbagai pesantren berangkat menuju Surabaya,” jelas Kang Muh.

Beliau bercerita, dalam peperangan 10 November 1945, kramat kiyai banyak yang nampak. Kiyai Abbas Buntet membawa kacang hijau segenggam, lalu beliau lemparkan dan seketika kacang tersebut berubah menjadi pasukan perang. Kiyai Baidhowi Lasem melemparkan sorbannya dan seketika 6 pesawat tempur Sekutu mendadak jatuh.

“Dengan Senjata seadanya dan tanpa bayaran, Pasukan Sekutu berhasil dikalahkan. Dan hari itu dikenang sebagai Hari Pahlawan. Namun, tidak akan ada Hari Pahlawan tanpa ada Resolusi Jihad, dan tidak akan ada Resolusi Jihad tanpa kumpulnya para Kiyai. Ini membuktikan bahwa Kiyai dapat masyarakat dan berhasil memenangkan peperangan,” jelas beliau.

Dan akhirnya, tanggal 22 oktober dikenang sebagai Hari Santri Nasional, hari saat dicetuskannya Resolusi Jihad, yang merupakan refleksi perjuangan santri dan kiyai dalam memperjuangkan kemerdekaan NKRI. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here