KH Ahsin Syifa Aqiel, Paku Bumi Pesantren Kempek Cirebon

0
1217

KHASKEMPEK.COM – Putra ke- 4 dari lima bersaudara dari Pendiri MTM Hadhratussyeikh KH. Aqiel Siroj Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon ini adalah sosok kiai, guru yang mempunyai kepribadian unik.

Beliau adalah almaghfurlah KH. Ahsin Syifa Aqiel Siroj, biasa disapa Kang Ahsin. Sosok yang tidak dikenal publik, tidak seperti saudara – saudaranya.

Dalam sebuah acara keluarga di TMII Jakarta, pernikahan putri kakaknya Prof. DR. KH. Said Aqiel Siroj, beliau Kang Ahsin hadir bersama keluarga yang lain, Kang Ahsin ingin bersalaman dengan Gusdur (KH.Abdurrahman Wahid) yang juga hadir, Kang Ahsin seakan enggan khawatir tidak dikenalnya, beliau tawadhu’ dan mawas diri dihadapan Gusdur, padahal adik kandung Ketua Umum PBNU. Akhirnya penulis membujuk dan menuntun beliau untuk salaman dan memperkenalkan pada Gusdur bahwa beliau adiknya Kiai Said.

Kesehariannya hanya bolak balik ke musholla dan majelis ilmu untuk ngimami dan mengaji. Istiqomah dan ahli ibadah. Telaten mengurusi pesantren dengan sering bertemu pengurus dan memantau aktifitas harian santri. Mengecek pembukuan pengurus, berdiskusi mengatasi kenakalan santri dan menerima tamu tidak lain adalah wali santri.

Kakaknya, KH. Musthofa Aqiel Siroj dulu sering mengusir tamu, dalam arti mempersilahkan tamu wali santri agar menitipkan anaknya ke Kang Ahsin saja. Karena bagi Kiai Musthofa Aqiel, Kang Ahsin lah yang mengerti betul mengenai santri dan persoalannya. Sehingga Kang Muh sering merasa kehilangan beliau, “Duuh…Kang Ahsin terlalu cepat meninggalkan kita”, tutur beliau pada penulis dalam suatu kesempatan.

Kang Ahsin tempat bermuara berbagai masalah pesantren dan persoalan masyarakat yang diemban oleh saudara – saudaranya. Meski sebenarnya beliau sendiri sering tidak memahami peliknya masalah yang dihadapi oleh kakaknya itu, karena Kang Ahsin tidak banyak terlibat dengan dunia luar. Tapi ketiga kakaknya, seakan merasa nyaman dan sudah mendapat jawaban apabila sebuah problem sudah sharing dan berbagi cerita dengan Kang Ahsin.

Ada contoh kecil yang mengglitik : suatu ketika Kiai Said akan ngimami dan khotbah Idul Fithri di Jakarta, mungkin karena kesibukan beliau, eh….jumlah takbir sholat tahunan tersebut lupa, dan siapa lagi yang ditelpon kalo bukan adiknya Kang Ahsin yang berada di Kempek.

Masih teringat, saat penulis menjadi santri baru. Kang Ahsin hampir tidak pernah ‘udhur untuk ngimami shubuh. Beliau selalu memperpanjang bacaan tasbih saat sujud sholat shubuh sepertinya lebih dari 33 kali bacaan.

Penulis tidak ingin ketinggalan jama’ah meski asramanya diatas, turun sambil ngantuk bawa sikat, odol dan sajadah. Bebersih sekaligus wudlu dan jama’ah, agar tidak bolak balik ke atas.

Ups, ternyata pada sujud rokaat terakhir penulis tertidur dan bangun langsung baca tahiyat akhir dan salam, berarti sujud sekali untuk dua kali. Keadaan ngantuk, bacaannya panjang. Semoga diampuni…Ya Allah. Itulah keistiqomahan Kang Ahsin.

Ketika didaulat menjadi pengurus pesantren, penulis dipercaya untuk mengonsep kertas berkop surat acara Haul dan Tasyakkur, zaman disaat fasilitas masih terbatas, ngetik harus rental komputer di Cirebon.

Ide penulis adalah logo haul dengan menyerupai tulisan dalam rokok LA Light, dimana rokok itu adalah kesukaan Kang Ahsin, waktu itu beliau masih merokok. Tanpa tendensi apapun, hanya ingin mengangkat tema sekitar, penulis memberanikan diri untuk mengajukannya, ternyata ditolak, beliau ngendika :
” Lik, mengko gawe model mengkenen yen sira gawe lembaga dewek ya…! .” Beliau tidak ingin dipublikasikan, semoga memaafkan…Ya Allah.

Demikian Kang Ahsin sangat telaten pada hal – hal terkecil urusan pesantren.

Penulis tutup dengan jejak beliau saat Kang Ahsin haji pertama kali, masih muda dan belum berkeluarga. Beliau ingin mengusap dan mencium Hajar Aswad, beliau merasa didesak dan didorong oleh orang yang kulitnya hitam, tinggi dan besar, padahal maaf kekurangan fisiknya membuat ia tak kuasa menahan dan terdorong keras.

Tapi begitu sadar, justru dorongannya itu membuat Kang Ahsin sudah berada dekat di depan batu hitam yang akan diciumnya itu. Beliau mencari orang yang barusan mendorongnya tapi dia menghilang tanpa jejak, ” laa atsaro saparuhu .”

Kiai Musthofa menyebut itulah buah keikhlasan amal dan ketawadhu’an Kang Ahsin.

Bahkan Syeikh Fadhil AlJilani dari Turki menyatakan bahwa Kiai Ahsin adalah wali dari wali Allah.

Inilah keistimewaan Kang Ahsin, meski beliau sering merasa manusia paling dhoif, tapi beliau memiliki maziyah yang tidak dimiliki oleh saudaranya. Tahun 2012 ketika akan Munas PBNU di Kempek, Buya Ja’far Aqiel Siroj pernah menyatakan bahwa Pesantren Kempek adalah buminya pengetahuan. Dan banyak orang mengatakan bahwa pakunya bumi pesantren Kempek adalah Kiai Ahsin.

Demikian, semoga ada hikmahnya.

Foto dibawah ini diambil waktu beliau ingin menunaikan ibadah haji kedua bersama istri tercinta, 23 September 2014. Beberapa bulan kemudian beliau kesehatannya menurun dan menghembuskan nafas terakhirnya pada 23 Jumadil Akhir/ April 2015.

Semoga kami mendapatkan berkah agar bisa menunaikan rukun Islam yang kelima, aamien

Lahu AlFaatihah.

Memperingati Haul ke- 5, Senin 17 Februari 2020.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here