Khas Ramadhan, Ust. Afif Yahya: Orang Islam Harus Berilmu dan Berakhlak

0
673

KHASKEMPEK.COM – Manusia secara fitrah memerlukan terhadap suatu agama dan juga membutuhkan Tuhan. Naluri manusia mengakui bahwa dirinya tidak mampu untuk melakukan sendiri. Dalam arti, dia telah mengakui adanya kekuatan di luar dirinya. Ini bisa dilihat pada saat manusia dalam kesusahan, terkena musibah atau bencana alam.

Dalam keadaan seperti ini, ia mengeluh, mencari sesuatu yang dapat menolongnya, yang dapat menyelamatkan dirinya dari bencana tersebut. Sehingga manusia senantiasa mencari apa saja yang dapat menyelamatkan dirinya.

Dari sekian agama yang diterima oleh akal manusia adalah agama Islam. Ini sudah dibukrikan dari sejak dulu sampai sekarang, bahwa tidak ada agama yang benar kecuali agama Islam. Allah berfirman dalan Surat Ali Imran Ayat 19 yang berbunyi:

إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.

Namun sedemikian jelasnya, masih banyak manusia yang tidak mempercayai Allah, banyak yang menyekutukan Allah secara terang-terangan.

Dalam kitab Al-Qaidah Al-Jalilah fit Tawassul wal Washilah, Ibnu Taimiyah mengatakan (ini saya tidak memandang Ibnu Taimiyah itu siapa, tetapi yang saya lihat bahwa di dalam sebagian kitabnya ada pelajaran yang penting untuk diketahui).

Orang-orang musyrik yang disebutkan oleh Allah dan Rasul itu ada dua kelompok. Yang pertama adalah kaumnya Nabi Nuh dan yang kedua kaumnya Nabi Ibrahim. Kaumnya Nabi Nuh mereka melakukan kemusyrikan dengan menyembah kuburan orang yang sholeh. Kemudian mereka membentuk patung yang berbentuk orang sholeh tersebut untuk disembahnya.

Sedangkan kaumnya Nabi Ibrahim melakukan syirik dengan cara menyembah bintang, matahari dan rembulan. Dan ini adalah sejarah awal munculnya kaum-kaum syirik di dunia ini.

Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW memiliki beberapa ajaran, diantaranya tentang ketauhidan. Ini adalah yang paling pokok dalam agama. Karena di dalam tauhid itu mengajarkan tentang masalah mengimani, mengenal sesuatu yang kita sembah.

Dalam pepatah dikatakan, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak patuh. Begitu juga kalau tidak mengenal Allah SWT, maka tidak akan cinta kepada-Nya. Kalau tidak cinta kepada-Nya, maka ia tidak akan patuh dan taat terhadap segala perintah Allah SWT. Berarti ilmu tauhid merupakan ilmu yang paling pokok bagi manusia di dalam menjalani kehidupan.

Setelah manusia diakui keimanan dan keislamannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat disertai dengan mengimani kepada Allah, maka setelah itu manusia diperintahkan untuk menjalani kewajiban-kewajiban agama dan menjauhi larangannya.

Caranya adalah dengan ilmu fiqih, karena semua praktik agama, mulai dari tatacara wudhu, shalat dan yang lainnya terkumpul dalak kitan fiqih. Seorang ulama mengatakan:

Annal fiqha kal asadi fi salhid dho’ni wan nahwa kad dho’ni fi salhil asad. Sesungguhnya ilmu fiqih ibarat harimau yang berkulit domba. Sedangkan ilmu nahwu ibarat domba yang berkulit harimau.

Artinya fiqih itu terlihat biasa saja, hanya membahas sebatas halal dan haram. Tetapi sebenarnya, ilmu fiqih ini sangat sulit sekali karena luas pelajaran yang adad di dalamnya. Sedangka ilmu nahwu banyak orang yang mengira sangat sulit, namun hakikatnya setelah dipelajari itu sangat mudah karena nahwu itu bersifat baku, tidak berubah.

Selanjutnya dalam agama juga diajarkan ilmu Al-Qur’an dan Hadis, ini sangat penting karena pedoman hidup kita itu ada di dalam Al-Qur’an, tinggal bagaimana kita memahaminya. Oleh sebab itu supaya kita bisa memahami Al-Qur’an secara benar, kita harus mempelajari teori dan aturannya yaitu ilmu Al-Qur’an dah Hadis.

Islam juga mengajarkan tentang masalah akhlak. Ini yang paling penting di dalam kehidupan manusia, sebab setiap manusia yang beragama jika dia tidak memiliki akhlak, maka manusia tidak bernilai apa-apa. Allah berfirman bahwa, wa innaka la’alaa khuluqin ‘adzim. Bahwa kamu Muhammad itu memiliki akhlak yang luhur.

Kalau nabi tidak memiliki akhlak yang luhur, maka ajaran Islam tidak akan mudah diterima oleh manusia. Seorang ulama berkata bahwa, Al-adabu fauqol ilmi, adab itu mengalahkan ilmu itu sendiri. Meski akhlak itu bisa kita ketahaui dengan ilmu, tetapi ketika manusia sudah berilmu maka harus mengedepankan akhlak. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here