KH. Nashir Abu Bakar Kempek, Kiai yang Alim, Sederhana dan Istiqomah

1
2403

KHASKEMPEK.COM – KH. Nashir Abu Bakar adalah salah satu menantu pendiri Pesantren Kempek, Mbah KH. Harun Abdul Jalil. Beliau berasal dari Tegal, tepatnya desa Blendung, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal. Sebelum mondok di Kempek, Kiai Nashir pernah mesantren di Mangkang Semarang. Ketika di pesantren Kempek, beliau bertemu dengan Kiai Aqil Siroj dari Gedongan. Kemudian bersama Kiai Aqil Siroj, dua sahabat ini melanjutkan mesantren di Kasingan Rembang.

Karena kealimannya, akhirnya beliau berdua dijadikan menantu Mbah Harun yang merupakan gurunya. Kiai Nashir menikah dengan Nyai Zubaidah Harun. Sedangkan Kiai Aqil Siroj menikah dengan Nyai Afifah Harun. Kemudian beliau berdua menetap di Kempek dan ikut mengajar kitab kepada santri-santri Kempek.

Pernikahan Kiai Nashir dengan Nyai Zubaidah dikaruniai satu putri yang bernama Nyai Aisyah. Tetapi akhirnya, beliau ditinggal wafat oleh istrinya. Kemudian Kiai Nashir menikah kembali untuk kedua kalinya dengan saudara Nyai Zubaidah, yaitu Nyai Mu’minah Harun, yang juga merupakan putri Kiai Harun dari pernikahan beliau dengan Nyai Ummi Laila. Di mana pada saat itu, Nyai Mu’minah juga telah ditinggal wafat oleh suaminya yang bernama Kiai Abdullah Panembahan, Plered, Cirebon dan mempunyai satu putri yaitu Nyai Halimah.

Sedangkan dari pernikahan Kiai Nashir dengan Nyai Mu’minah ini dikarunia satu putri yang bernama, Nyai Hj. Daimah Nashir. Di mana kerena kedekatan hubungan dan persahabatan antara Kiai Nashir dengan Kiai Aqil Siroj, kemudian akhirnya, Nyai Daimah dinikahkan dengan putra pertama Kiai Aqil Siroj yaitu Buya KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj.

Diceritakan bahwa, beliau dengan Nyai Mu’minah sebenarnya mempunyai beberapa keturunan tapi semuanya meninggal sewaktu masih kecil kecuali Nyai Daimah. Sehingga Nyai Daimah sewaktu kecil diberi nama Suket (bahasa Jawa artinya rumput) dengan harapan anak tersebut bisa tetap hidup tumbuh dewasa dalam keadaan sehat.

Kiai Nashir adalah kiai yang sangat alim dan ta’dzim pada ilmu. Beliau banyak menguasai disiplin ilmu, terutama ilmu fiqih. Kitab-kitab yang dikaji diantaranya adalah: Al-Hikam, Ibnu Hamdun, Ibnu Aqil, Hudlori, Taudlih, Asymuni, Fathul Wahhab, Fathul Mu’in, Muhadzab, Shohih Muslim, Shohih Bukhori, Tafsir Jalalain, Tanwirul Miqbas, Bughyatul Mustarsyidin dan yang lainnya.

Ada salah satu kitab favorit Kiai Nashir, yaitu Matan Zubad fi Ilmil Fiqhi ‘ala Madzhabil Imam asy-Syafi’i. Menurut putri beliau, Nyai Daimah Nashir, ayahandanya lebih senang mengajar kitab Matan Zubad ini. Umi Daimah menuturkan bahwa dulu Kiai Nashir lebih suka menghafal nadzom Matan Zubad ketika teman-teman pesantrennya lebih banyak menghafal nadzom Alfiyah.

Kitab-kitab yang dikaji Kiai Nashir terkenal kitab yang tinggi. Sehingga, santri-santri yang ikut mengaji kepada beliau pun biasanya santri yang sudah senior. Bahkan di hari Ahad atau yang biasa disebut Ngaji Ahadan, beliau bersama Kiai Umar Sholeh membuka pengajian kitab yang dihadiri para kiai se-wilayah 3 Cirebon.

Kiai Nashir dikenal sebagai kiai yang sederhana, tidak pernah berkeluh kesah dalam menghadapi kehidupan. Tidak pernah memikirkan harta benda. Beliau hanya mementingkan ilmu agama. Meskipun demikian, beliau juga rajin bekerja di sawah dan beliau menggarapnya sendiri. Bahkan, setiap hari beliau pergi ke sawah dengan bersepeda atau berjalan kaki saja.

Kiai Nashir adalah figur kiai yang istiqomah dalam mengaji. Tidak ada kata libur dalam pengajian. Meskipun sedang sakit, beliau tetap saja mengaji. Hingga ungkapan yang sering beliau sampaikan adalah: “Jangan berhenti ngaji!”. Dan keinginan beliau yang sangat mulia adalah, beliau ingin wafat dalam keadaan sedang membaca kitab (ngaji).

Selain itu, beliau juga rajin berjamaah shalat lima waktu bersama Walid KH. Umar Sholeh di masjid pesantren Kempek. Padahal setiap pagi beliau harus ke sawah terlebih dahulu tetapi hal ini tidak membuat beliau surut untuk beribadah dan mengaji dalam sepanjang hidupnya.

Kiai Nashir Abu Bakar wafat pada hari Sabtu Jam 02 siang, tepatnya tanggal 03 Syawal 1410 H bertepatan dengan 28 April 1990 M. Sebagaimana yang tercatat dalam buku harian Buya Ja’far, yang ditulis dengan tangan beliau sendiri. Di mana catatan ini ditunjukkan oleh Nyai Daimah Nashir kepada penulis

Akhirnya, semoga kita semua, santri dan alumni Pesantren Kempek, bisa memetik pelajaran dan menjadikan suri tauladan dari kealiman, kesederhanaan dan keistiqomahan beliau. Sehingga kita mendapatkan berkah dalam kehidupan dan manfaat dalam ilmu pengetahuan. Amin… (KHASMedia)

*Tulisan ini sudah ditashih oleh Kiai Muhammad Bin Ja’far, cucu dari Almarhumain Kiai Nashir Abu Bakar dan Kiai Aqil Siroj.

Baca juga:
Meneladani Kiai Aqil Siroj yang Berdakwah Dengan Santun

Keteladan Kiai Aqil Siroj, Pendiri MTM Kempek
Karomah Kiai Aqil Siroj, Tahu Kapan Beliau Akan Menghadap Sang Ilahi
Mengenal Lebih Dekat Sosok Romo KH. Umar Sholeh Kempek

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here