Kelembutan Dibalik Ketegasan Buya Ja’far Aqil Siroj

0
1348

KHASKEMPEK.COM – Tegas dan berani. Dua sikap yang sangat melekat pada sosok Pengasuh Pesantren KHAS Kempek, KH Ja’far Shodiq Aqil Siroj (Alm). Tegas dalam mendidik santri dan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan. Berani kepada siapapun demi kemajuan Pesantren dan ribuan santri-santrinya. Begitulah warga Pesantren dan santri mengenal Buya Ja’far.

Namun siapa tahu. Di balik sosok tegasnya, ia memiliki kelembutan dan kasih sayang yang luar biasa. Dua tahun mengaji kitab Alfiyah Ibn Malik bersamanya, kami, santri pada waktu itu, merekam jejak-jejak kelembutan dan kasih sayang sosok pemberani itu. Dari sekian banyak sikap lembut dan kasih sayangnya, sebagian besar ia abdikan untuk dan demi santri-santrinya.

Suatu saat ketika kami hendak wisuda/khataman Alfiyah Ibn Malik, Buya Ja’far merasa sedikit ‘bendu’ (marah) karena kami masih banyak memiliki kekurangan, utamanya kemalasan dan kemampuan dalam mengkaji kitab karya Al-Andalusi itu. Meskipun kami yakin kemarahannya itu bukan karena benci. Sebulan menuju hari ‘H’, kami mendapat tekanan dari beliau agar kami tidak usah melaksanakan wisuda. Tidak perlu membeli seragam wisuda, jas, dan atribut lainnya. Abuya merasa malu jika harus mewisuda santri-santrinya yang belum pandai mengkaji bait-bait Alfiyah.

Tapi hari demi hari, wisuda itu tetap dilaksanakan. Dihadiri ratusan pejabat dan ribuan tamu. Waktu itu Abuya memberi sambutan atas nama Pengasuh sekaligus pengajar Alfiyah. Di depan ratusan pejabat, Abuya sama sekali tidak marah karena perilaku kami saat mengaji. Padahal, biasanya, Abuya akan berbicara apa adanya. Namun waktu itu Abuya justru membanggakan kami di depan ratusan pejabat dan ribuat tamu-tamu. Abuya terlihat bahagia serta bangga melihat kami memakai seragam wisuda Alfiyah. Bahkan, dengan tutur katanya, ia ‘membanggakan’ kami secara langsung di depan Gubernur Jawa Barat saat itu. Betapa kasih sayang Abuya tak mampu terukir dengan apapun.

Jejak kelembutan dan kasih sayangnya, pun kami rasakan selama proses mengaji Alfiyah. Tidak jarang Abuya Ja’far ‘bendu’ kepada kemalasan dan kebodohan kami dalam menangkap dan memahami penjelasan-penjelasan dalam kitab Nahwu itu. Dengan ketegasannya yang khas, Abuya tidak ingin jika santri-santrinya malas, tidak jamaah, tidak disiplin dan tidak mau belajar.

Suatu ketika dalam proses pengajian Alfiyah, Abuya Ja’far kembali ‘bendu’ pada kami karena satu kelas belum ada yang mampu untuk menjelaskan satu penjelasan tentang “isytighal ‘amil’ anil ma’mul”. Kami waktu itu sangat takut di dalam kelas. Benar-benar kami merasa dosa sebab enggan untuk belajar secara maksimal sehingga mampu menguraikan bab itu. Setelah beberapa menit Abuya Ja’far bendu, ‘memarahi’ kami, Abuya bergegas menuju dalem rumahnya. Abuya langsung masuk ruang tengah rumahnya sambil menangis tersendu, dan kami sempat melihat linangn air matanya menetes di baju putih kesayangannya. Kami mendengar suara tangisan Abuya yang karena kelakuan kami saat itu.

Walaupun kami nakal dan enggan maksimal dalam mengkaji Alfiyah, Abuya selalu mendahulukan dan mempedulikan kami daripada yang lainnya, bahkan dari keluarganya. Abuya enggan mau jika satu hari kami dibiarkan tidak mengaji Alfiyah, tanpa sebab apapun. Bahkan, Abuya akan mendahulukan mengajari kami huruf demi huruf dalam Alfiyah, tatkala di waktu pengajian datang seoramg pejabat atau seorang Menteri dari manapun. Abuya hanya akan meliburkan kami jika ia sedang sakit dan dirawat-inap di Rumah Sakit. Atau, Abuya hanya akan meliburkan kami jika ada satu dari kami yang tidak datang di kelas ketika masa belajar sudah tiba.

Betapa Abuya bagaikan matahari di tengah gelap gulita. Bagai sang surya dikala dingin melanda tubuh kami. Ketika kami ‘nakal’, Buya balas dengan kasih sayang. Ketika kami bandel, Buya tegur kami melalui tahajud malamnya. Ketika kami malas, beliau balas dengan tauladan kedisiplinan. Abuya, Kiai seribu ketegasan dan sejuta kelembutan.

Besok, Rabu, 6 Februari, adalah HAUL Abuya Ja’far. Oleh itu, siapapun yang membaca tulisan ini, penulis memohon luangkan waktunya satu menit saja untuk menghadiahkan Alfatihah untuk Alm. Abuya Ja’far Shodiq Aqil Siroj. Alfatihah..

Jakarta, 5 Februari 2019.

(KHASMedia)

Baca juga: Keberanian Dua Aqil Siroj yang Membuat Gempar

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here