Keikhlasan Kiai Aqiel Siroj, Sang Muassis MTM Kempek

0
1830

KHASKEMPEK.COM – KH. Aqiel Siroj adalah ayahanda dari Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU). Beliau wafat pada tahun 90-an. Beliau adalah putra dari Kiai Siroj bin Kiai Said, pendiri Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon dan sekaligus menantu dari Kiai Harun, pendiri Pondok Pesantren Kempek, Cirebon.

Kiai Aqiel dikaruniai 5 anak laki-laki yang kelak akan melanjutkan estafet perjuanganya.

Berkat kegigihannya dan ketekunan dalam mendidik dan merawat putra-putranya, semua nya berhasil menjadi panutan ditengah-tengah masyarakat. Mereka secara berurutan adalah:

  1. KH. Ja’far Aqiel Siroj (wafat 1 April 2014)
  2. Prof. Dr. KH Said Aqiel Siroj, MA.
  3. KH. Musthafa Aqiel Siroj
  4. KH. Ahsin Syifa Aqiel Siroj (wafat 12 April 2015)
  5. KH. Ni’amillah Aqiel Siroj

Kiai Ja’far adalah putra pertama yang berhasil mengembangkn pesantren MTM Kempek (Majlis Tarbiyatul Mubtadiien) menjadi salah satu pesantren terbaik di Pulau Jawa dengan Al-Qur’an dan Nahwu-Shorof sebagai ciri khasnya, dengn jumlah santri hampir mencapai 5000. Beliau juga secara berturut-turut dipercaya menjadi Ketua MUI Kab Cirebon selama dua periode.

KH Said Aqiel adalah putra kedua, yang sekarang masih menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, sekaligus menjabat sebagai Ketua Umum LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) dan sebagai anggota PKP PIP (Pembantu Kerja Presiden Penguatan Ideologi Pancasila)

KH Mustofa Aqiel adalah putra ketiga, beliau adalah menantu dari Mbah Yai Maimoen Zubair, pengasuh Pondok Pesantren Sarang. Beliau pun adalah Ketua Umum ASBIHU NU dan Ketua Umum Majlis Dzikir Hubbul Wathon.

KH Ahsin Syifa Aqiel dan KH Niamillah Aqiel adalah putra keempat dan kelima yang telah berhasil melahirkan kader-kader hebat level regional maupun nasional.

Kiai Said Aqiel pernah bercerita tantang sosok Ayahandanya.

“Ayah saya jangankan punya sepeda ontel, beli rokok pun tak mampu. Dulu setelah ayah memanen kacang hijau, pergilah ia ke pasar di Cirebon. “Zaman dulu yang namanya mobil transportasi itu sangat jarang dan hanya ada pada jam-jam tertentu,” tutur Kiai Said menceritakan keadaan ayahandanya semasa hidupnya.

“Setelah kacang hijau hasil panenannya berhasil dijual dan mendapatkan sejumlah uang yang cukup, Kiai Aqiel berniat untuk membeli emas yang akan diberikan untuk Nyai Afifah, Istrinya”.

Setelah emas terbeli, Kiai Said langsung menaiki becak untuk menuju tempat pemberhentian mobil. Begitu mobil melintas di depannya, langsung saja beliau segera turun dari becak dan menaiki mobil yang kebetulan lewat tepat didepanya ketika beliau datang, beliau tidak mau ketinggalan kesempatan, karena untuk bisa menaiki mobil angkot perlu berjam-jam lamanya menunggu. Sampailah akhirnya Kiai Aqiel Siroj di Kempek.

Begitu masuk ke dalam rumah, istrinya yang sebelumnya sudah mengetahui akan dibelikan emas menunggu kedatangan Kiai Aqiel.

“Bah, mana emas yang Abah beli dari pasar tadi?” Dengan tenang sang Kiai Aqiel menjawab: “Lupa Mi. Tadi sewaktu Abah naik becak keburu mobil datang, Abah khawatir ketinggalan mobil. Emas itu ya tidak terpikirkan dan ketinggalan di becak. Ya sudah Mi memang belum rizki kita.”

Begitulah sosok Kiai Aqiel, memberikan contoh kepada keluarganya akan keikhlasan atas sesuatu yang bukan rizqinya. (KHASMedia)

Sumber: Teras Kiai Said

Baca juga: KH Umar Sholeh Kempek dan Dawuhnya yang Selalu Ditunggu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here