Kang Ahsin Mengajarkan Ketelatenan dan Kebersamaan

0
968

KHASKEMPEK.COM – Pada tanggal 24 Juni 1960, lahirlah sesosok bayi yang membuat bahagia keluarga pasangan KH Aqiel Siroj dan Nyai Hj Afifah Harun, yang kelak akan menjadi sesosok kiai yang berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan pondok yang didirikan ayahandanya. Beliau adalah KH Ahsin Syifa Aqiel Siroj, atau yang lebih akrab disapa, kang Ahsin.

Kang Ahsin adalah figur kiai yang memiliki akhlak yang mulia. Beliau mewarisi karakter dan kepribadian ayahandanya. Seperti yang didawuhkan oleh Bapak Muh (panggilan akrab Syaikhuna KH Muhammad Musthofa Aqiel):

“Baka pen weruh karaktere, kepribadiane, lan cara mulange kiai Aqiel, delengen bae Kang Ahsin”

“ Kalau ingin tahu karakter, kepribadian, dan cara mengajarnya Kiai Aqiel, lihat saja Kang Ahsin”

Meskipun beliau tidak pernah mengenyam bangku sekolah, beliau hanya mengaji kepada ayahandanya, tetapi keilmuan serta kecerdasan beliau tak kalah dengan Keempat saudaranya. Tak jarang keempat saudaranya bertanya kepada beliau perihal beberapa persoalan, terutama persoalan-persoalan seputar kitab kuning.

Melalui didikan ayahandanya, Kang Ahsin menjadi sosok yang cerdas, pandai, berakhlak mulia, sederhana, tawadhu, dan istiqomah.

Disamping itu, karena beliau lahir di lingkungan pesantren, beliau selalu mengajarkan kepada santri-santrinya tentang ketelatenan dan rasa kebersamaan.

Pernah suatu ketika, Kang Ahsin melihat ada khodim beliau yang hanya bertugas sendirian (meskipun khodam itu merasa dirinya mampu untuk mengerjakanya sendirian), kemudian beliau menegurnya,

“Sira kuh menggawe dewekan bae, pada mendi bature? mana diundangi,” tegur Kang Ahsin.

“Nggih kang,” jawabnya

“Kamu itu bekerja sendirian saja, kemana teman-temanmu? Panggilkan semua, sana!,” tegur beliau.

“Iya, kang.” jawabnya.

Kang Ahsin mengajarkan bahwa entah pekerjaan apapun itu, ketika dikerjakan bersama-sama maka akan cepat diselesaikan, dan dengan kebersamaan itu keharmonisan antara satu dengan yang lainya tetap terjalin.

Dalam hal ketelatenan, kang Ahsin tak jarang menegur santri-santrinya. Kalau ada sedikit kejanggalan dibenaknya, beliau tak segan-segan untuk menegurnya, meski pada hal-hal kecil. Teguran beliau bukanlah karena beliau marah, apalagi benci. Melainkan bentuk kasih sayang dan perhatian beliau kepada santri-santrinya.

“Iku cung, sampahe dijukuti ya”

“Itu nak, sampahnya diambilin ya”

“Iku cung, latare disaponi, toli nyaponie sing bersih ya”

“Itu nak, tolong halamanya disapu, disapu dengan bersih ya”
“Cung, baka nanjak tekel sendale dicopot”

“Nak, kalau naik lantai, sandalnya dilepas”
“Baka maca kuh sing titen cung, sawise mubtada iku ana khobar, baka sawise utawi ana iku”

“Kalau baca yang teliti nak, setelah mubtada ada khobar, setelah utawi ada iku”

Seperti itulah beliau dalam mendidik, membimbing, meladeni santri-santrinya, agar kelak menjadi santri yang berakhlak hasanah terutama dalam hal ketelatenan dan kebersamaan. Beliau tidak berharap besar santri-santrinya menjadi orang yang pintar, tetapi yang sangat diharapkan oleh beliau adalah santri-santrinya memiliki akhlak yang baik .

Seperti dawuh beliau: “Wong sepira sugihe, sepira pintere, lamon ora due akhlak kang bagus, iku eman-eman, ora kanggo”

“Seberapapun kayanya seseorang, seberapapun pintarnya seseorang, kalau tidak memilili akhlak yang baik, sia-sia saja, tidak ada gunanya”

Semoga kita semua dapat meneladani akhlak beliau.

Untuk Al-maghfurlah KH Ahsin Syifa Aqiel Siroj. Lahu Al-fatihah..

Sumber: khodim beliau, Ahmad Musthofa.

Penulis: Jamalullail, Santri KHAS Angkatan Al-Ikhtishos

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here