Kala KH Ahsin Menangisi Santri-santrinya

0
898

KHASKEMPEK.COM – Kiai dengan ciri kezuhudan, kesederhanaan, kedisiplinan dan keikhlasan. Begitu sebagian dari kepribadian Almaghfurlah KH Ahsin Syifa Aqil Siroj, adik kandung KH Said Aqil Siroj (Ketum PBNU). Kang Ahsin, sapaan santri-santri kepada beliau, juga merupakan sosok Kiai yang penyayang, lembut, dan tak jarang menangisi santri-santrinya.

Sebagai santri yang pernah mengaji kepada beliau selama dua tahun, penulis beberapa kali mendapati pengalaman haru dalam suasana mengaji bersamanya. Salah satunya ketika beliau meneteskan air mata kala santri yang datang mengaji hanya satu orang. Pada saat itu santri-santri memang sedang ada kegiatan di luar pesantren. Beliau di dalam ruangan tidak marah sama sekali, tidak. Beliau hanya meneteskan air mata, sambil berguman bahwa kondisi itu mungkin karena dosa-dosanya kepada Allah, sehingga banyak santri yang belum tergerak hatinya untuk mengaji.

Kiai yang menurut KH Mustofa Aqil Siroj, kakak kandung beliau, sebagai Kiai paling cerdas meski tidak mesantren ini, juga tak jarang menangisi santri-santrinya kala didapati tidak bisa membaca kitab kuning saat mengaji. Suatu saat ketika dalam pengajian Fathul Qarib, ada teman penulis yang terbata-bata dalam membaca satu bab dalam kitab itu. Karena saking lamanya tidak lancar, akhirnya beliau memberhentikannya. Beliau tidak sedikitpun memarahi atau menghukum santri itu. Beliau menangis. Beliau mengusapkan lengan baju kemejannya untuk mengusap air mata yang mulai keluar dari matanya.

Kasih sayang dan keikhlasan mendidik santri menjadi kepribadian Kang Ahsin. Menangis karena kasih sayang adalah yang dilakukan beliau kala mendapati santri yang belum bagus dalam mengaji, bertutur kata, atau dalam pergaulan sesama santri. Wajar jika sebagian santri mengatakan kalau beliau pewaris kepribadian KH Aqil Siroj, ayah kandung dari lima putranya, KH Jafar Shodiq Aqil Siroj, KH Said Aqil Siroj, KH Musthofa Aqil Siroj, KH Ahsin Syifa Aqil Siroj dan KH Niamillah Aqil Siroj. Sosok Penyayang kepada para santri dan bahkan pada masyarakat desa.

Menangisi santri-santrinya yang akan kembali ke kampung pasca selesai belajar di pondok adalah pemandangan yang kerap didapati dari sosok Kang Ahsin. Ketika itu penulis bersama dengan tamu santri lain yang juga hendak pulang kampung sowan kepada beliau. Sesaat kami menyampaikan maksud kepulangan, beliau menasihati kami sambil mengusap air mata. “hati-hati ya hidup di kampung halaman kalian. Jangan tinggalkan shalat. Jangan bekerja yang buat kalian sulit untuk sholat. Kang Ahsin titip, baik-baik di masyarakat…”, gumannya yang diiringi dengan tetesan air mata kasih sayang.

Tangisan KH Ahsin Syifa Aqil Siroj kepada santri-santrinya bukan sedikitpun tangisan kebencian, tapi murni kasih sayang dan kewelas-asihan. Bagi beliau, semua santrinya adalah anak-anak kandunya, yang patut diberikan kasih sayang. Apapun akan diberikan Kang Ahsin untuk masa depan santri-santrinya, termasuk memberikan semua umurnya untuk mengabdi, menangisi santrinya, sampai bisa mengaji dan berbakti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here