Kajian Alfiyah Ibnu Malik Ponpes Khas Kempek Cirebon, Bab Idhofah

0
6029

KHASKEMPEK.COM – Berikut ini adalah kajian kitab Alfiyah Ibnu Malik bab idhofah yang disampaikan oleh kelompok 24: Azra, Arva, Karyo dan Hamdan, santri-santri Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon.

Azra: Banyak perselisihan muncul tentang “Islam Nusantara” yang menjadi tema besar Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang.

Arva: Sebagian orang menilai bahwa gagasan Islam Nusantara ituberpotensi besar memecah-belah kesatuan umat Muslim.

Karyo: Sehingga akan muncul istilah Islam Nusantara, Islam Amerika, Islam Australia, dan sebagainya.

Khamdan: Islam Nusantara datang bukan untuk memecah belah kesatuan umat muslim atau mengubah doktrin Islam. Ia hanya ingin mencari cara bagaimana melabuhkan Islam dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.

Arva: Dalam memahami kata islam nusantara, bagi kami Islam nusantara ialah dua kata yang digabung menjadi satu. Yaitu kata Islam & kata Nusantara. Atau dalam kamus santri dinamakan idhafah.

Khamdan: Definisi dhofah sendiri ialah:


نِسبةٌ تَقيِيدِيِةٌ بيَن اثنَينِ تُوتجِبُ لثانيهاالجرَ أبدًا

Karyo: Nisbat Taqyidiyah atau nisbat yang bersifat mengikat di antara 2 lafad,yang mewajibkan lafadz yang ke dua untuk di jerkan selamanya, adapun lafadz yang pertama di sebut mudhof dan lafadz yang kedua di sebut mudhof ilaih.

Khamdan: Dengan mengira-ngirakan huruf jar (فى) diantara kedua kata tersebut. Sehingga menimbulkan makna:

Bareng bareng!!: “Islam yang berada di Nusantara”.

Azra: Syekh Muhammad bin Abdullah bin Malik Al Andalusi, seorang pakar nahwu menyatakan dalam syairnya:


نُونَاً تَلِي الإِعْرَابَ أَوْ تَنْوِينَا
مِمَّا تُضِيْفُ احْذِف كَطُوْرِ سِيْنَا

وَالْثَّانِيَ اجْرُرْ وَانْو مِنْ أَوْ فِي إِذَا
لَمْ يَصْلُحِ إلاَّ ذَاكَ والْلاَّمَ خُذَا

Karyo:” Ketika hendak mengidofahkan isim pada isim yang lain maka sesuatu yang ada pada mudof itu di buang, yaitu nun yang mengiringi i’rob atau tanwin Seperti Lafadz Thurisina “

Arva:” Dan jarkanlah lafazh yang kedua yaitu mudhof Ilaih. Dengan mengira-ngirakan makna min atau fii dan ketika tidak cocok, maka kirakanlah lam “.

Azra: Mahalu syahid lafadz طور سين. lafadz طور سين disebut susunan idhofah. Lafadz yang pertama yaitu طورٍ dinamakan mudhof atau lafadz yg disandarkan. Dan lafadz yg kedua yaitu ٌسين disebut mudhof ilaih atau lafadz yang disandari.

Karyo: Adapun hukum lafadz yang pertama jika dimudhofkan pada lafadz yang kedua, maka wajib untuk membuang tanwin. Dan lafadz yang kedua dijarkan secara mahal.

Dan dalam contoh ini,Alamat jer nya menggunakan fathah karna Mudhof ilaihnya berupa Isim ghoriu munsorif karna merupakan elat Alamiyah dan ‘ajamiyah

Arva: Dengan mengira-ngirakan makna فى yang terletak diantara lafadz turin dan sinun. Dikrenakan lafadz yang kedua nya berupa dzorof. Maka taqdirnya ialah :َطورٍ فى سين

Azra: Wajib dibuangnya nun atau tanwin karena keduanya menunjukan sempurnanya kalimat, juga memisahkan kalimat dengan kalimat setelahnya. Sedangkan idhofah menunjukan Makna ittisol/menyambung. Maka sesuatu yang menjadikan sempurnanya kalimat, Ketika ingin menyambungkan dengan kalimat setelahnya. Itu dibuang!

Karyo: Dan Contoh idofah yang membuang nun Bisa di dapat dalam surat al lahab yang berbunyi:


تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَۗ

Khamdan: Mahalu syahid lafad يدا ابى لهب Yang asalnya يدانِ لأبي لهب lafadz يدانِ adalah mudof yang berupa Tasniyah yang diakhiri oleh nun. Maka ketika dimudofkan pada lafadz أبي لهب Nun nya wajib di buang. Karna pengertian dari idofah sendiri ialah penyandaran isim pada isim yang lain dimana lafadz yang ke 2 ditempatkan pada tanwinya lafadz yang pertama atau sesuatu yang sepadan dengan tanwin,

Azra: Seperti nun jamak dan nun tasniyah oleh karnanya;Nun pada lafad يدان itu di buang! Sedangkan lafadz أبي di baca jer dengan mengira-ngirakan lam yang terletak di antara mudof dan mudofilaihnya.

Arva: Contoh idofah yang mengirakan makna min,Bisa di dapat dalam surat Al mulk ayat 3 yang berbunyi:


الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًاۗ مَا تَرٰى فِيْ خَلْقِ الرَّحْمٰنِ مِنْ تَفٰوُتٍۗ فَارْجِعِ الْبَصَرَۙ هَلْ تَرٰى مِنْ فُطُوْرٍ

Mahalul Syahid lafadz سبع سموات lafadz سبع سموات merupakan susunan idofah yang mengirakan makna min. Karna mudofnya yaitu lafad سبع merupakan jenis dari mudof ilaihnya yaitu سَمٰوٰت Maka taqdirnya ialah: ٍسبعً من سموات

Khamdan: Dan susunan idhofah yang mengirakan makna Lam bisa kita dapati dalam salah satu syair arab:


ولدتك امك يا ابن ادم باكيا # والناس حولك يضحكون سرورا
واجعل لنفسك ان تكون اذا بكوا # في يوم موتك ضاحكا مسرورا

Azra: “Ibumu melahirkan kamu wahai anak adam # Seketika itu kau menangis Dan semua orang di sekelilingmu tertawa bahagia”.

“Karna itu,buatlah dirimu Ketika mereka menangisimu di hari kematianmu # Engkau sendiri yang tertawa karna gembira”.

Karyo: Mahalul syahid lafadz يابنَ آدم Lafadz يابن آدم lafad ابنَ dimudofkan pada lafad آدم yang merupakan mudof ilaihnya. Dengan mengirangirakan lam di antara keduanya karna mudhof ilaihnya itu menyimpan makna “lil milki” yang artinya “anak keturunanya nabi adam”. Dan lafadz آدم ini di jerkan secara mahal karna merupakan isim ghoiru munsorif yang elatnya alamiyah, maka taqdirnya : يابن لآدم

Arva: Pelajaran yg bisa kita petik dari syiir ini ialah, bagaimana cara kita menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Isilah hidup kita dengan kebaikan terhadap sesama.

Azra: Sehingga ketika dihari kematian, banyak orang yang merasa kehilangan.

Karyo: Itulah esensi hidup yang Arahnya, berbuat baik kepada orang lain.

Khamdan: Karna setiap manusia yang di lahirkan pasti memiliki manfaat untuk manusia lainya. Dan sebaik baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain.

Bareng-bareng:


خير الناس انفعهم لناس

Sekian, terima kasih.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here