Haul Abah Ayip Utsman Yahya Ke-10, Panitia Gelar Diskusi Buku

0
525

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Dalam rangka memperingati Haul Ke-10 Abah Syarif Utsman Yahya, panitia menggelar Diskusi Buku dengan tema “Kitab Kuning, Tafsir dan Masyarakat Jawa Era Kolonial” yang bertempat di halaman Pondok Pesantren Katulistiwa Kempek Cirebon, Jumat (24/7/2020) malam.

Salah satu pemateri, KH. Faqihuddin Abdul Kodir mengingatkan kepada para santri untuk berdakwah di era Millennial. “Dakwah itu harus sesuai dengan konteks lapangannya. Kalau zaman dulu para kiai berdakwah di era Kolonial, sekarang kita sudah memasuki era Millennial,” tuturnya

Beliau juga menyebutkan bahwa sekarang, ada kurang lebih 130 juta pengguna smartphone di negara kita. Bisa kita perhatikan, masyarakat Indonesia sudah mulai tidak bisa lepas dari smartphone. “Seperti yang dijelaskan Yuval Noah Harari dalam bukunya, kehidupan dunia sekarang sudah tidak bisa lepas dari internet,” kutip dosen IAIN Cirebon tersebut.

Oleh karena itu, jelas beliau, dunia internet haruslah kita jadikan sebagai media dakwah sekarang, karena dakwah harus fleksibel. Sama seperti ulama terdahulu yang memahami kondisi lingkungannya dalam berdakwah.

Namun naasnya, beliau mengingatkan bahwa media dakwah online sudah banyak dikuasai oleh golongan Islam yang belajar agamanya tidak sampai tuntas. Hal ini dikarenakan golongan Nahdliyyin kalah kuantitas dalam berdakwah secara digital.

Dan dari hal tersebut, ia menyemangati para santri untuk mulai berdakwah dalam dunia digital, seringan apapun. “Bisa dimulai dari menulis status facebook, atau whatsapp, ayo kita amalkan pesan Nabi Muhammad untuk menyampaikan ilmu darinya walaupun hanya satu ayat.”

Ia juga berpesan agar kita tidak terlalu banyak syarat dalam dunia menulis, karena itu terkadang yang menghambat kita dalam berkarya. “Memang dalam berkarya, seringkali kita ingin karya itu langsung sempurnya. Sebaiknya jangan dulu, lebih baik menulis dengan gaya penulisan bebas saja dulu, agar konten dari pihak kita juga banyak,” pesan beliau mengingat karya tulis dari pihak pesantren masih kalah kuantitas.

“Kalau yang nulis banyak, kan bisa saja nanti viral, trending, bahwa semisal ngaji Al-Qur’an di Kempek itu amatlah susah, dan detail,” tutur beliau.

Oleh karena itu, tutup beliau, jangan salahkan siapapun kalau di masa depan, anak cucu kita tidak mengenal Islam yang kita anut sekarang kalau kita tidak memulai berdakwah secara digital mulai sekarang. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here