Gus Ghofur: Masa Depan Indonesia Ada di Tangan Para Santri

0
904

KHASKEMPEK.COM – Salah satu hal yang paling berpengaruh dalam umat Islam adalah agama. Disaat komunitas-komunitas lain menganggap agama tidak lagi memiliki pengaruh atau pengaruhnya tidak signifikan, bahkan ditepikan, justru umat Islam itu ternyata salah satu hal yang paling mempengaruhi dalam kehidupannya adalah agama.

Karena itu sering disampaikan kira-kira begini: Negara itu rusak karena rakyatnya rusak. Karena rakyatnya kalau milih itu pakai uang, maka hasil pimpinannya itu tidak baik. Itu artinya rakyatnya sudah tidak baik. Sering kali salah memilih pemimpin itu karena rakyatnya rusak. Rakyatnya rusak karena pemimpinnya rusak. Karena kita mempunyai pemimpin yang tidak baik maka sangat berpengaruh terhadap rakyatnya. Dan pemimpin itu rusak karena ulamanya rusak.

Berarti ulama itu punya pengaruh yang luar biasa terhadap baik dan tidaknya umat ini. Begitu ulama itu salah di dalam memilih metode hukum, pengambilan satu kebijakan hukum, maka pengaruhnya sangat besar sekali terhadap umat Islam di Indonesia ini.

Maka kewajiban kita itu sebetulnya adalah mencari jalan tengah di dalam beragama, agar umat ini selamat. Dan itu salah satu tempatnya saya kira berada di pondok pesantren ini. Di bawah bimbingan para pengasuh-pengasuh yang moderat.

Kita punya harapan bahwa pilihan-pilihan keagamaan akan semakin baik, akan semakin menengah, ke kiri ya tidak, ke kanan ya tidak, tetapi berada di tengah. Dan itu insya Allah, akan membawa negeri ini terhadap kemakmurannya, kebaikannya dan menjadi contoh bagi negeri-negeri yang lain.

Itu artinya apa? Kita ini sebagai pelajar harus serius. Orang yang separuh-separuh itu selalu membingungkan. Disebut orang mujtahid ya tidak, disebut orang awam ya tidak. Kalau ditanya, mondoknya sih lama. Kamu mondok berapa lama? Lima belas tahun. Tapi kalau ditanya tidurnya sama belajarnya itu, ya belajarnya sedikit, tapi tidurnya yang banyak. Ke depan, kita butuh orang-orang yang serius.

Kita punya ulama-ulama yang sekarang ini banyak dibantai di media sosial. Sehingga banyak sekali ulama-ulama atau masyarakat di Nahdlatul Ulama itu tidak lagi mencari pedoman dari kiai-kiai NU, tetapi mencari pedoman dari kiai-kiai di luar NU.

Banyak sekali sekarang ini warga Nahdlatul Ulama tetapi kalau nyetel tivi, kalau nyetel YouTube atau radio tidak lagi memilih ulama-ulama dari kalangan NU karena kiai-kiai dalam NU banyak dibantai di media-media sosial. Oleh karena itu kita butuh gabungan-gabungan tadi. Orangnya pintar, punya integritas, punyai ini yang luar biasa. Dan kita banyak berharap dari santri-santri ini.

Berkali-kali saya sampaikan bahwa masa depan Indonesia berada di tangan santri-santri ini. Kami ini umurnya sudah 45, 46 atau lebih, yang kalau ditambah 25 itu artinya sudah 70. Kiai-kiai Kempek yang umurnya sampai 70 banyak atau sedikit? Wafat umurnya berapa kiai-kiai Kempek ini? 60an. Artinya kalau kita umurnya ditambah 20. Semoga semuanya panjang umur. Amin ya Rabbal Alamin.

Itu artinya yang meneruskan Kempek ini adalah yang usianya sekarang ini, yang berada di depan ini. 25 tahun yang akan datang, Cirebon itu siapa yang pegang? Ya, yang di depan-depan ini. Kami ini, kalau misalnya masih hidup. Amin ya rabbal alamin. Barang kali, rumahnya sudah pindah. Setengah di rumah sakit, setengah di rumah sendiri, saking seringnya masuk rumah sakit. Tapi semoga selalu sehat. Amin.

Bupati Cirebon itu sekarang umurnya berapa? 50an. Sekarang adik-adik umurnya berapa? 17an. Kalau ditambah 20 lagi, berapa umurnya? 47. Pas belum itu kira-kira kalau jadi bupati? Sudah pas ya. Jadi DPR pas? Itu artinya Cirebon 20 tahun yang akan datang tergantung yang sekarang ini. Kalau yang sekarang, usia 17 tahun ini tidak hafal tahlil, contoh yang paling sederhana. Kita jamin 20 tahun lagi di Cirebon tidak ada lagi tahlilan.

Kalau hari ini tidak ada lagi yang bisa membaca kitab, 20 tahun lagi Ihya tidak akan bisa dibaca, karena tidak mampu membaca kitab Ihya. Kalau sekarang yang dipelajari bukan ilmu yang di garis moderat tapi keras-keras, maka bisa dibayangkan 20 tahun yang akan datang, Cirebon akan banyak sekali bom-bom yang berjatuhan.

“Maka sebagai santri pada hari ini, harus bangga sebagai santri dan tolong jaga betul komitmen untuk selalu belajar.”

Kami datang dari Sarang, sengaja pengin sowan-sowan kepada kiai-kiai, terutama di pondok-pondok di mana kita punya alumninya. Kami datang ke Ciamis, Kuningan, Brebes. Kami kepingin tahu karena alumni itu di pondok kami berprestasi.

Kami punya guru-guru di pondok yang datang dari pesantren Khas ini. Ketua Ma’arif kami yang putri dari Khas, kemudian salah satu guru terbaik kami juga dari Khas. Kami punya pengalaman dengan santri-santri, kami mencoba mengunjungi seperti apa, karena kami punya harapan saking imannya kami kepada pendidikan. (KHASMedia)

*Disarikan dari pidato KH. Abdul Ghofur Maimoen, salah satu Pengasuh PP. Al-Anwar Sarang, dalam acara Muhadloroh ‘Ammah (Muam) di Masjid Al-Jadied, Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon, Jum’at (24/01/2020).

Baca juga: Gus Ghofur Maimoen Jelaskan Jalan Tengah dalam Islam

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here