Gus Ghofur Maimoen Jelaskan Jalan Tengah dalam Islam

0
1557

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Putra Almarhum Mbah KH. Maimoen Zubair, Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen atau Gus Ghofur menjelaskan tentang jalan tengah dalam Islam. Hal ini beliau sampaikan dalam Muhadloroh ‘Ammah (Muam) di hadapan santri putra dan putri Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon yang bertempat di Masjid Al-Jadied, Jum’at (24/01/2020) malam.

Dalam sambutannya, salah satu pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang ini mengenang kedatangan beliau ke Kempek untuk pertama kalinya. “Saya datang pertama kali ke Kempek ketika pernikahan Kiai Musthofa Aqil. Karena istrinya mbakyu saya. Pertama kali datang tahun 1986, masih sedikit sekali santrinya, sekarang sudah banyak,” kenang beliau.

Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa ia sangat suka melakukan bahtsul masa’il, bukan untuk mencari masalah tapi mencari solusi seperti halnya kita datang ke pondok pesantren ini untuk mencari solusi terhadap masalah.

“Saya dulu di Mesir, kalau Kiai Niam ini kakak kelas, kalau Kiai Zaini adik kelas. Alhamdulillah saya bisa belajar di sana, belajar mencari jalan tengah,” jelas katib syuriah PBNU ini.

Kemudian beliau memberikan contoh bahwa dulu nabi pernah disebut oleh seorang laki-laki itu begini: Ya Muhammad, ya khoirona wa ya ibna khoirina wa ya sayyidana wa ya ibna sayyidina. Nabi Muhammad SAW tampak tidak suka dengan pujian itu. Kemudian nabi dawuh:

La tarfa’uuni fauqo manzilati allati anzalaniha Allahu subhanahu wa ta’ala. Jangan engkau mengangkat diriku melebihi posisi yang Allah letakkan saya di situ.

Lalu kata Kanjeng Nabi lagi: Jangan posisikan saya seperti Nabi Isa AS. Nabi Isa itu diangkat sampai tinggi sehingga lupa bahwa Nabi Isa itu manusia biasa. Ada yang merendahkan Nabi Isa sampai disebut anak zina, lalu ada yang meninggikan sampai melupakan kemanusiaannya.

Nabi Muhammad ingin menempatkan Nabi Isa ditengah. Dia orang baik tapi bukan tuhan, dia orang yang luar biasa tetapi tetap manusia biasa.

Atas dasar hadis itulah, lalu banyak orang yang tidak mau menyebut Sayyidina Muhammad. Tetapi Nabi Muhammad juga pernah menyebut cucunya, Husein, Inna ibni hadza lasayyidun. Sesunggunya anak ku ini adalah seorang sayyid.

Cucunya nabi saja seorang sayyid masa Nabi Muhammad tidak. Tentu Nabi Muhammad diatas sayyid, wong, Husein saja sayyid. Nabi juga pernah menyebut salah satu pimpinan sahabat Anshor, Muadz dengan sayyid. Dia datang, lalu nabi menyuruh sahabat untuk berdiri kemudian nabi menyebut dia sayyid.

Berarti nabi menyebut orang lain sayyid tetapi tidak mau orang lain menyebut nabi, sayyid di hadapan dirinya. Itu yang kemudian diambil jalan tengah oleh alim ulama. Nabi Muhammad sebetulnya bukan tidak sayyid, tetapi Nabi Muhammad sedang tawadlu, sedang rendah hati. Tidak ingin orang menyebut nabi di depannya sehingga melebihkan posisi nabi.

“Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa menyebut nabi sebagai sayyid tidak di depan dirinya itu diperkenankan. Jadi mencari posisi di tengah seperti ini sangat dicari,” jelas beliau. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here