BJ Habibie dan Peran Pesantren Melawan Terorisme Global

0
625

KHASKEMPEK.COM – Kabar wafatnya Presiden Ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie membuat tokoh-tokoh dan masyarakat Indonesia berduka. Banyak ucapan duka cita disampaikan melalui media sosial. Tanpa terkecuali santri dan masyayikh Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon.

Ya, obrolan di WhatsApp grup Pesantren seketika langsung ramai dengan kiriman kabar duka, ucapan duka cita dan foto-foto kenangan Pak Habibie ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Kempek pada tahun 2012. Hal ini karena ada sebuah ikatan dan kenangan antara pesantren Kempek dengan pak Habibie.


Kunjungan ke Pesantren Kempek

Pada saat itu, setelah shalat Jumat di Masjid Jami Kempek, BJ Habibie bersama rombongan berkunjung ke Pondok Pesantren KHAS Kempek, Cirebon untuk menghadiri pembukaan Seminar Internasional bertema ‘Peran Ulama Pesantren dalam Mengatasi Terorisme Global’ yang diselenggarakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan Republik Federal Jerman, Jumat, 16 Maret 2012.

Kedatangan beliau bersama rombongan disambut hangat oleh pengasuh, Almarhum Buya H. Ja’far S. Aqiel Siroj, Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj, KH M. Musthofa Aqiel Siroj, Almarhun KH Ahsin Syifa Aqiel Siroj, KH Ni’amillah Aqiel Siroj bersama kiai, nyai dan tokoh masyarakat serta santri Pondok Pesantren Kempek.

Sebelum ke panggung utama, sang pembuat pesawat ini dan Dubes Jerman untuk Indonesia Dr. Norbert Baas dan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim, Ilham Habibie transit dulu ke rumah kiai untuk beristirahat sebentar dan ngobrol-ngobrol santai khas pesantren dengan suguhan masakan khas Cirebon, seperti empal gentong, nasi jamblang dan minuman es dawet.

Almarhum Buya Ja’far benar-benar memberi sambutan dan penghormatan yang maksimal kepada bapak teknologi Indonesia ini, yaitu dengan memerintahkan santri dan paskibra KHAS Kempek untuk berbaris di kanan-kiri sepanjang jalan menuju ke tempat acara.

Selain itu, sejumlah hiburan disajikan dalam acara pembukaan seminar itu, antara lain musik angklung oleh para santri putri Majlis Tarbiyatul Mubtadiien Pondok Pesantren Kempek dan pertunjukkan tari topeng Cirebon.


Peran Pesantren Melawan Terorisme

Di Indonesia, pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua. Pesantren menjadi unsur utama dalam pendidikan Islam di negeri ini. Selama ini, pesantren banyak dipersepsikan sebagai lembaga untuk mendidik para santri. Padahal, perannya jauh lebih luas. Salah satunya, berfungsi untuk ikut mencegah dan menanggulangi merebaknya propaganda radikal terorisme.

Dengan digelarnya seminar tentang penanggulangan terorisme, itu menunjukkan kepada masyarakat, khususnya di Barat, bahwa pesantren bukan penghasil pelaku terorisme dan pesantren, khususnya yang diasuh kiai NU itu jauh dari ajaran radikalisme dan terorisme.

Dikutip dari NU Online, dalam sambutannya, Ketum PBNU, KH Said Aqil Siradj pada saat itu mengungkapkan tiga hal, diantaranya:

Pertama, bahwa manusia dalam bahasa Arab adalah “Insan” dari asal kata Anas, Anis, Anisa. Insan artinya harmoni, intim, akrab, bersahabat, saling menyukai dan mencintai. Jadi selama kita menjadi insan atau manusia, dipundak kita ada amanah yang harus diimplementasikan yaitu “insaniyyah” kemanusian, yang harus hidup harmonis, ramah, saling menghormati, menghargai, dan mencintai. Oleh karena itu yang namanya ikroh (kekerasan), syiddah (radikal), tatharruf (ekstrim), irhab (teror) semua itu musuh insaniyah.

Kedua, Islam, Laisa al-islamu  aqidah wa syari’ah faqath walakinna al-islama dinu al-ilmi wa al-tsaqafah, wa dinu al-adaabi wa al-hadharah, wa dinu al-tamaddun wa al-insaniyah (Islam bukan hanya agama theologi dan ritual ibadah saja, akan tetapi Islam adalah agama ilmu pengetahuan, agama peradaban, agama budaya dan agama kemanusian).

Ketiga, Pondok Pesantren yang ada dibawah naungan Nahdlatul Ulama, diamin tidak mengajarkan terorisme. Kalau ada Pondok Pesantren yang selama ini terlibat teroris, jelas itu bukan pesantren NU, atau pesantren itu didirikan dengan sponsor pihak tertentu. 

Sedangkan pak Habibie dalam sambutannya, menyampaikan bahwa terorisme adalah tindakan teror atau tindakan kekerasan yang dilaksanakan secara sistimatik dan tidak dapat diperhitungkan (unpredictable) yang dilakukan terhadap negara, terhadap penyelenggara pemerintahan, baik eksekutif maupun legislatif, bahkan terhadap warga elit sosial-politik, terhadap perseorangan dalam negara, untuk memperjuangkan sasaran Politik teroris.

Terakhir, ada beberapa langkah  preventif untuk mengantisipasi terorisme antara lain: Pertama, melalui pendidikan. Anak bangsa harus diberi pemahaman secara komprehensif agar pemikiran dan tindakannya tidak mudah diajak melakukan kekerasan. Kedua, dialog agama. Ketiga, memberikan pemahaman tentang keagamaan yang benar dan keempat, kebijakan pembangunan yang berkeadilan. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here