Nyai Tho’atillah Bin Ja’far Dalam Unggahannya, Maulid Nabi : Cahaya Perempuan Bernama Aminah

0
294

KHASKEMPEK.COM – Nyai Tho’atillah Bin Ja’far dalam unggahannya di akun sosial media, dengan tema “Cahaya Perempuan Bernama Aminah,” (Kamis, 04/09/2024).

Maulid Nabi sejatinya bukan sekadar perayaan kelahiran seorang manusia paling sempurna, tetapi juga penghormatan kepada sosok luar biasa di balik kehadirannya sebagai petunjuk umat, yakni Sang Ibu, Sayyidah Aminah binti Wahab.

Lebih jauh lagi, peran Sayyidah Aminah sebagai ibu Nabi Muhammad pun tidak hanya sebagai pengasuh, tetapi juga menjadi cerminan kekuatan dan kemandirian perempuan dalam sejarah Islam.

Dalam Sirah Ibnu Ishaq disebutkan, ketika mengandung Rasulullah Saw, Sayyidah Aminah mengalami mimpi melihat cahaya yang keluar dari dirinya hingga kemudian mampu menerangi seluruh pelosok dunia. Mimpi tersebut kemudian terbukti sebagai tanda bahwa kelahiran putranya tiada lain membawa rahmat bagi semesta.

Peristiwa hampir serupa juga sebenarnya pernah dialami Sayyidah Maryam binti Imran yang menerima kabar kelahiran Nabi Isa As dari Malaikat Jibril As.

اِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِّنْهُۖ اسْمُهُ الْمَسِيْحُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيْهًا فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ

“(Ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang (kelahiran anak yang diciptakan) dengan kalimat dari-Nya, namanya Isa Almasih putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat serta termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS. Ali Imran: 45).

Kembali ke Ibunda Aminah. Setelah sang suami tercinta, Sayyid Abdullah, wafat, beliau pada akhirnya harus menghadapi tantangan sebagai ibu tunggal dalam masyarakat patriarkal. Meski menghadapi kesulitan besar, tetapi Sayyidah Aminah uniknya memilih untuk tidak menikah lagi dan fokus membesarkan putra semata wayangnya, Muhammad.

Jika dicermati lebih serius, keputusan tersebut sudah barang tentu menegaskan tentang kemandirian Aminah dan contoh nyata praktik dari semangat kesetaraan dalam sejarah Islam. Tekad kemandirian dan kekuatan Sayyidah Aminah bisa dipahami sebagai simbol bahwa perempuan dalam Islam memiliki hak dan kapasitas yang setara dalam menjalani kehidupan mereka.

Sayyidah Aminah juga menunjukkan dedikasi luar biasa ketika ia membawa Nabi Muhammad yang masih kecil ke Yatsrib (Madinah) untuk dikenalkan kepada keluarga ayahnya, sekaligus berziarah ke makam Sayyid Abdullah. Perjalanan tersebut menggambarkan secara kuat tentang komitmen Sayyidah Aminah dalam memastikan Nabi Muhammad agar tetap terhubung dengan jaringan leluhur dan keluarga besar dari jalur ayah. Sebab, Sayyidah Aminah rupanya memiliki pemahaman bahwa kesetaraan bukanlah berarti “penguasaan” dalam satu pihak.

Sayangnya, Sayyidah Aminah jatuh sakit dalam perjalanan pulang dan wafat di Abwa. Sayyidah Aminah meninggalkan Nabi Muhammad dalam keadaan yatim piatu. Hingga kisah ini lagi-lagi mencerminkan betapa pentingnya peran seorang ibu dalam membentuk karakter dan spiritualitas anak, bahkan dengan pengorbanan terbesar sekali pun.

Kisah Aminah binti Wahab menunjukkan bahwa Islam telah mengakui dan menghargai peran perempuan dalam sejarah sejak awal. Kesetaraan gender dalam Islam bukanlah konsep baru, tetapi telah ada sejak zaman Nabi Muhammad dan ibu-ibu nabi sebelumnya.

Kepada Nabi Muhammad Saw, Allah Swt berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).

Nabi Saw diperintahkan untuk menebarkan rahmat, kasih sayang, bukan hanya ke sesama umatnya yang laki-laki, tetapi juga kepada perempuan, bahkan ke seluruh jagat raya.

Alhasil, melalui perayaan Maulid Nabi, kaum Muslimin sebenarnya tidak hanya dianjurkan mengenang kebesaran Rasulullah, tetapi juga menghargai sosok perempuan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kisah hidupnya. Terutama, terkait peran dan pengorbanan Sayyidah Aminah binti Wahab sebagai simbol kekuatan dan spiritualitas perempuan dalam Islam yang patut diteladani.

Wallahu a’lam bis shawab.

Sumber : https://www.facebook.com/photo?fbid=2282010462175178&set=a.129349537441292

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here